- Patung Bhatara Guru atau Dewa Siwa. Pada sisi barat makam terdapat sebuah patung yang merupakan visualisasi dari Bhatara Guru atau Dewa Siwa. Dengan beralaskan sketsel permanen yang terbuat dari semen membuat posisi patung Dewa Siwa berada lebih tinggi dari kijing/makam sehingga tampak lebih jelas.
Patung Dewa Siwa yang berbadan kekar dengan dua pasang tangan dengan gestur yang berbeda. Sepasang tangan di depan yang dilipat memberi kesan tegas dan bijaksana. Sepasang tangan di belakang yang masing-masing memegang pinggang dan lutut, terlihat seperti posisi duduk Raja di singgasananya menambah kesan wibawa pada patung. Posisi wajah lurus menghadap ke depan mencerminkan seorang pria yang percaya diri, bertanggung jawab dan berpendirian teguh.
- Bidang-bidang dengan sudut lancip. Makam K.R.T. Sasmintadipura terdiri dari berbagai komponen bidang datar bersudut lancip yang memberi kesan kaku dan tegas, seperti: susunan batu andesit yang berbentuk persegi, kijing berbentuk trapesium, undakan dan kontur yang memiliki siku. Dalam nirmana, susunan bidang atau garis yang lurus, tajam, dan terkesan kaku merupakan karakteristik dari garis/bidang maskulin, berbeda dengan garis/bidang feminim yang memiliki karakteristik melengkung, bergelombang, dinamis yang memberi kesan anggun atau lembut.
- Hiasan berbentuk mahkota raja. Di atas kijing terdapat satu ragam hias khas Yogyakarta yang mengadopsi bentuk dasar dari kuncup bunga melati. Pada makam K.R.T. Sasmintadipura hiasan tersebut dibentuk menyerupai mahkota Raja yang mewakili gender dari mendiang yang merupakan seorang laki-laki.Â
Fungsi Identitas
- Undakan: identitas agama Hindu
- Ukiran samping kijing penari bedhaya: K.R.T. Sasmintadipura sebagai empu tari Gaya Adat Kraton
- Nama dan tanggal pada nisan: identitas terkait mendiang beserta tanggal kelahiran dan wafat dengan sistem kalender Jawa.
KESIMPULAN
Artikel ini dibuat untuk menganalisis nilai estetika dan fungsionalitas dari desain kijing pada makam K.R.T Sasmintadipura yang berlokasi di kompleks Makam Seniman Giri Sapto. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan melakukan proses observasi, wawancara, serta kajian literatur.
Proses analisis dilakukan melalui tahap identifikasi dan deskripsi pada tanda visual yang terdiri dari kijing, papan nisan, dua buah bokor, maejan, relief, undakan, alas kijing, patung Bathara Guru, dan material kijing, serta tanda verbal yang meliputi nama, tanggal lahir, tanggal wafat, dan ka sekar yang terdapat pada papan nisan. Tahap selanjutnya adalah mencari makna denotasi dan konotasi menggunakan metode analisis semiotika Roland Barthes yang didasari oleh pendekatan sila-sila estetika yakni unsur masa depan, simbolisasi, dan unsur maskulinitas atau feminitas.