Di luar
Sedikit dingin
cemburu pada cuaca rumahku
Yang panas digibas amarah kakak dan wanita beranak dua
Kakak nakal, brutal tak pandang bulu
Tuhan.. hati tak gentar
Yang sebentar lagi Kau guyurkan padaku
Entah azab, atau ucapan biadab untukku
Yang Kau wahyukan lewat malaikat-Mu
Â
Asal Ibu dan Tuhan tahu
: Betapa pedih hati
Emosi membakar hati dan logika
Isu menyerbu lewat lidah lalu berbisik licik lewat mulut bahwa
Aku main gila dengan sejawat dan lawan jenisku
dengan air dalam pastik, hangat ujarnya
Mungkin sejawatku yang demikian, aku tak demikian
Mungkin berada pada satu perahu
Bukan berarti aku juga hina, berdosa.
Â
Tak kuasa menahkodai otakku
Teriakku, bentakku, kebinatanganku membuka lebar pintu dosa
Penunjang surga kini tersakiti
Gelisah keringat basah dari ujung kepala, namun tidak di celana dalamku
Udara dingin mengepul semua nafsu, namun dosa tetap menginfeksi pikiranku
Tuhan... kini kakak tak garang lagi
Ibu... kini kakak sering bernyanyi dengan alas hijau yang ada gambar masjidnya
Dengan senandung tasbih, shalawat
Tuk dapat ampunan dan jalan kebenaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H