Sajak Iba
Buat: Tangkai Kelapa
Menggayut dimakan usia
lirih hati menahan iba
ukiran tulang-tulang yang menjadi pilar
tak nampak sempurna
tak kuasa menahan dosa dan asa
yang nafsu mendera dengan tega
Â
tongkat panjang itu nyawa
tak suci memang
sesuci tongkat Si Khotib
ataupun Musa
tapi begitu kuat menahan malu dan perih
menopang sengsara menggilas batin
menahan deras hujan
di ujung kelopak mata
Â
sekitar pukul 07.30an
belok dengan perlahan
ku buka kaca helm berwarna gelap
tibalah hati yang lirih
iba kembali terasa
duduk di pinggiran rumah yang baik sekali
menerimanya duduk dengan pantat yang padat
dengan isi segala dosa, letih, dan kepasrahan
Â
berfikir: kemana buahnya?
anjing... goblok...
tolol tak bertanggung jawab
kalaupun dapat berdialog dengan Tuhan
buah kelapa tumbuh senantiasa disortir
agar tak sama bak kacang yang lupa pada kulitnya
Â
: Namun Tuhanku...
masihkah Kau berhati
masihkan Kau terima
sujud yang perih dan do’a kepasrahan
dari tangkai yang akan jadi bangkai
Tuhanku...
Masih inginkah Kau melihat
senyumnya yang cantik
Tuhanku...
Bermurah hatikah Engkau
Memberikan selimut yang mampu membentengi kesepian
Dan kesengsaraan
Tuhanku...
Iblis pun berdo’a dan Engkau kabulkan
Â
                                                      Agung Febriandy, 2016