Mohon tunggu...
Agung Dwi
Agung Dwi Mohon Tunggu... Editor - When the night has come

Menulis - Menyunting - Mengunggah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kawanku Seorang Teroris

24 Agustus 2018   22:18 Diperbarui: 24 Agustus 2018   22:25 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Untuk apa?" kutanyakan sekali lagi.

"Ke Patani. Aku mau hijrah." Cepat sekali rokoknya habis. Mengambil satu lagi, membakar, dan mengisap dalam-dalam.

"Bagaimana dengan kuliahmu?" tanyaku lagi. "Sebentar lagi kau luluskan?"

"Negeri ini sudah sama seperti rumahku. Neraka. Sudah tak ada cinta dan keadilan. Kenapa manusia bisa setega itu, Din?"

Aku tak bisa menjawab.

Ia mencecak rokoknya. Langsung tidur. "Terima kasih, Din."

Besoknya, ia sudah pergi pagi-pagi benar. Aku tak mendengar kabarnya lagi.

***

HINGGA SUATU KALI, telepon genggamku berbunyi kencang dengan nomor yang tak kukenali. Si penelepon ternyata dari kantor imigrasi di Batam. Ia menanyakan apakah aku ada satu keluarga atau temannya Umar.

"Tidak," jawabku, "Aku tidak kenal siapa itu Umar. Mungkin salah orang, Pak."

"Umar alias Imron alias Abdulgani?" Si penelepon kembali meyakinkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun