Aprilia optimistis bisa masuk lima besar di beberapa balapan MotoGP 2018. Scott Reading didapuk menggantikan Sam Lowes untuk menemani Aleix Espargaro. Musim ini, mereka ingin menjadi penantang serius, bukan sekadar pelengkap.
Aprilia pernah menjadi pabrikan superior di era motor 2-tak, terutama di kelas 125cc dan 250cc. Kala itu, tim-tim yang menggunakan motor Aprilia seperti tak terbendung. Dari awal periode 90-an hingga tahun-tahun akhir era 2-tak, Aprilia kerap mengantarkan pebalap-pebalapnya menjadi juara dunia.Â
Bahkan, pabrikan yang bermarkas di Noale, Italia, ini masih memegang rekor sebagai pabrikan dengan poin terbanyak di kelas junior pada 2011 dengan 420 poin, memenangkan 16 seri dari 17.
Tengok nama-nama seperti Max Biaggi (juara dunia kelas 250cc 1994-1996), Valentino Rossi (juara dunia kelas 125cc 1997 dan kelas 250cc 1999), Loris Capirossi (juara dunia kelas 250cc 1998), Marco Melandri (juara dunia kelas 250cc 2002), Alvaro Bautista (juara dunia kelas 125cc 2006), hingga Jorge Lorenzo (juara dunia kelas 250cc 2006-2007). Mereka dibesarkan di kelas junior dan intermediate bersama Aprilia.
Sayang, selepas motor bermesin dua langkah ini dipensiunkan oleh FIM dan Dorna, sinar Aprilia mulai meredup. Aprilia memutuskan tidak ambil bagian di kelas MotoGP selepas musim 2004. Aprilia juga cabut dari kelas intermediatepada 2010 ketika mesin 2-tak 250cc digantikan dengan mesin 4-tak Honda CBR600. Terakhir, Aprilia undur diri ketika kelas 125cc juga diganti dengan mesin 4-tak 250cc pada 2012.
Nah sebenarnya, Aprilia kembali lagi di kelas MotoGP pada 2012. Waktu itu, Dorna memperkenalkan kategori baru di kelas utama, yakni Claiming Rule Team(CRT). Kelas ini bisa dikatakan sebagai kelas pelengkap untuk kelas utama. Balapannya pun jadi satu dengan balapan utama.Â
Bedanya, kelas ini menggunakan motor spesifikasi jalanan. Mirip-mirip motor Superbike. Di kelas ini, Aprilia menjadi yang terbaik dengan RSV4 SBK-nya.
Aprilia memutuskan ikut penuh di kelas utama pada 2015. Pabrikan Italia ini menggandeng Gresini Racing sebagai partner dengan pebalap utama Alvaro Bautista dan Marco Melandri--sebelum diganti Stefan Bradl.
Budget Kecil, Ambisi Besar
Dibandingkan tim-tim pabrikan lain, budget tim Aprilia bisa dibilang kecil. Bahkan, divisi research and developmentAprilia kalah besar dibanding pendatang baru KTM. Budget kecil tak menyurutkan tim. Ambisi besar tetap tertanam di dalam para penggawa Aprilia
Pada 2015, di awal debut mereka sebagai tim kelas utama, Tim Noale ini hanya berhasil mengumpulkan 39 poin dan duduk di posisi 11. Prestasi terbaiknya, duduk di posisi 10 tiga kali (di Catalunya, Silverstone, dan Sepang).
Tahun berikutnya, 2016, pengembangan motor Aprilia boleh dibilang pesat. Di musim ini, dua pebalap utama mereka, Bautista dan Bradl, berhasil mendudukkan Aprilia di posisi 7 dengan 145 poin, melesat 106 angka dibanding prestasi musim 2015.Â
Bautista dan Bradl pun berkali-kali finis di 10 besar. Posisi terbaik Aprilia Gresini: finis posisi 7 di Jepang dan Malaysia. Di klasemen akhir, Bautista berada di posisi 12 (82 poin) dan Bradl di posisi 16 (63 poin).
Musim kemarin, 2017, Aprilia menggandeng Aleix Espargaro dan Sam Lowes (rookie), dua pebalap yang sama-sama baru menunggangi Aprilia. Espargaro sebelumnya mengendarai Suzuki GSX-RR dan Lowes, Kalex di Moto2. Harapannya, Aprilia ingin kembali naik strip lagi.
Aprilia sempat tampil trengginas di awal musim. Paket motor mereka sempat menjanjikan. Espargaro langsung nyetel dengan RS-GP. Ia finis di urutan 6, prestasi terbaik Aprilia sepanjang ikut kelas MotoGP.
Sayang, ketahanan mesin RS-GP ini sangat buruk dibandingkan edisi tahun sebelumnya. Motor Espargaro berkali-kali jebol mesin dan harus menepi. Sementara itu, Lowes tak bisa beradaptasi cepat dengan RS-GP. Lowes cuma menelurkan 5 poin dan Espargaro 62 poin. Strip Aprilia Gresini di klasemen akhir pun melorot di posisi paling buncit, dikalahkan debutan KTM.
"Ia baru berusia 25 tahun, tapi sudah punya pengalaman di MotoGP dengan motor berbeda. Masukannya akan berguna untuk mengetahui kekuatan motor rival. Plus, catatan waktunya sangat dekat dengan Aleix," ujarnya saat peluncuran motor 2018, seperti dikutip dari GPOne.
RS-GP 2018 banyak berubah dibanding versi 2017. Sasis motor ini dimodifikasi dengan mengubah distribusi berat motor. Perubahan besar juga ada di suspensi depan dan swing arm carbon.Dua kaki-kaki RS-GP ini akan terus dikembangkan sepanjang musim. Belum lagi aero-fairing, airbox,dan knalpot Akrapovic yang serbabaru. Plus, mesin yang bakal pertama kali dipakai di seri pertama Losain, Qatar, 16-18 Marer 2018.
"Motor 2018 adalah optimalisasi mendalam serta evolusi dari konsep yang kami punya musim lalu. Framebenar-benar baru, begitu pula dengan airbox,pendingin mesin,dan aerodinamika," ujar Albesiano menjelaskan perubahan RS-GP 2018.
Sang rider,Espargaro, juga optimistis menghadapi musim 2018. Menurutnya, Aprilia 2018 terbukti jauh lebih baik dibanding motor tahun lalu. "Motor lebih ringan dan reaktif. Orang-orang di Aprilia bekerja sangat keras untuk memberikan motor sesuai karakterku," ujar pebalap Spanyol yang juga kakak kandung Pol Espargaro (riderKTM) ini. "Aku rasa, musim 2018 ini kami akan konsisten mendekat ke tim papan atas," tambahnya.
Meski optimistis, Espargaro tetap mengakui beberapa kelemahan RS-GP 2018 ini, terutama soal akselerasi motor dan tenaga mesin. Sang bos pun mengamini pendapat riderutamanya ini. "Percepatan pengembangan motor yang harus dilakukan sekarang adalah di area tenaga. Dengan racing department yang relatif kecil, tapi punya skillmumpuni, kami bisa menelurkan ide-ide menarik. Dengan begitu, kami bakal bisa menciptakan mesin bertenaga lebih cepat," ujar Albesiano.
Soal target, Albesiano bakal menggenjot timnya, setidaknya bisa finis lima besar secara reguler. Artinya, pabrikan asal Noale ini tak ingin terus-terusan sebagai pelengkap motor di MotoGP saja.
*Tulisan keempat Preview MotoGP 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H