Dunia adalah tempat yang telah disediakan oleh Allah bagi hamba-Nya untuk belajar. Belajar tentang tanda-tanda yang telah Allah sebarkan di segenap penjuru bumi. Pada kenyataannya, hidup itu sendiri adalah proses belajar.
Semakin manusia mempelajari suatu hal, semakin ia sadar bahwa masih banyak lagi hal-hal lain yang belum ia ketahui. Manusia kemudian mencari dan mencari, belajar dan belajar lagi, tanpa henti, hingga akhirnya Allah-lah yang menghentikan manusia, yaitu dengan kematian.
Dalam menuntut ilmu manusia tidak boleh membatas-batasi diri. Ilmu bisa dicari dimana saja. Dari surau-surau kecil di pelosok dusun, dari orang-orang berilmu di negeri dimana sungai Nil mengalir dan membelah 9 negara, dari sebuah tempat di mana Syeikh Ahmad Khan bertekad membangun Cambridge-nya umat Islam yaitu Aligarh, atau dari para guru yang hidup di Negara dengan 4 musim seperti saat saya belajar di Rusia.
Kenapa harus Rusia? Kenapa harus di kota antah berantah yang belum tentu ada masjid di setiap kotanya? Kenapa tidak? Setiap inci bumi adalah bumi Allah. Dimanapun berada, carilah rahasia Allah di sana.
Rusia, siapa yang tidak tahu negeri Tirai Besi atau yang terkenal juga dengan sebutan Beruang Merah ini?
Negara dengan catatan sejarah yang fenomenal, sistem politik dan militer yang kuat, sastrawan-sastrawannya yang mendunia seperti Leo Tolstoy dengan War and Peace, dan masih banyak lagi hal yang akan muncul di pikiran setiap orang saat mendengar kata Rusia.
Namun, bagaimana dengan pendidikan di Rusia? Bagaimana Indonesia dan Rusia menjalin hubungan kerjasama dalam bidang pendidikan selama ini?
Dari tahun ke tahun jumlah mahasiswa Indonesia yang mengambil studi di Rusia semakin bertambah. Hal ini sangat bertolak belakang dengan jumlah mahasiswa Indonesia di Rusia saat saya berkuliah di sana beberapa tahun lalu, yaitu hanya mencapai 130-an orang yang sebagian besar adalah penerima beasiswa Pemerintah Rusia.Â
Jumlah tersebut sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah mahasiswa dari negara tetangga Indonesia seperti Malaysia yang mencapai 3000 orang dan Vietnam yang mencapai 6000 orang, padahal Rusia merupakan negara besar, memiliki hak veto di PBB dan maju di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menurut saya, Rusia saat ini telah menjelma menjadi negara yang demokratis dan menerima banyak perbedaan di dalamnya. Islam sendiri menjadi agama dengan penganut terbesar di Rusia setelah Kristen Ortodoks.
Hubungan Indonesia-Rusia memang sempat vakum dalam beberapa waktu pada periode 1965-1995 dimana tidak ada mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Rusia. Namun sekarang hubungan keduanya kembali erat, ditandai dengan  semakin banyaknya kerjasama dalam bidang pendidikan antara Rusia dan Indonesia.