Kuliah di Rusia bisa menjadi salah satu pilihan studi bagi mereka yang suka akan tantangan dan kehidupan yang benar-benar berbeda dari negara-negara Eropa pada umumnya.
Cuaca yang ekstrem, kehidupan bermasyarakat dengan kultur yang unik dan sangat baru, belum lagi ditambah dengan sistem belajar yang disampaikan dalam bahasa Rusia. Terutama bagi seorang Muslim, berkuliah di Rusia sarat dengan pergolakan batin.
Pergaulan Rusia yang begitu bebas, pandangan-pandangan yang tidak bersahabat terhadap pakaian Muslimah (kerudung), begitu juga budaya-budaya asli mereka yang banyak bertolak belakang dengan nilai luhur budaya Islam dan Indonesia.
Tapi, di situlah letak jihad dalam menuntut ilmu. Di situlah mengapa Allah menjanjikan syahid bagi seorang yang meninggal dunia karena menuntut ilmu. Menuntut ilmu selalu disertai perjuangan, air mata, jatuh dan bangun, kegagalan, batu kerikil di sepanjang jalan, bukit-bukit yang terjal, tapi jangan khawatir, insya Allah janji-Nya adalah nyata.
Menjadi mahasiswa Muslim di Rusia
Dalam menuntut ilmu, begitu banyak senjata yang harus disiapkan.Terlebih lagi jika kita menuntut ilmu di negeri orang. Mengutip nasihat Imam Syafi`i tentang bagaimana menuntut ilmu, ada enam aspek yang perlu diperhatikan seorang pencari ilmu, yaitu kecerdasan (dzaka), ambisi (hirsh), kesungguhan (ijtihad), dana (dirham), berinteraksi yang baik dengan guru (shuhbatul ustadz), dan terakhir, waktu yang panjang (thuluz-zaman). Menuntut ilmu di Rusia adalah sepenuhnya merupakan terapan dari nasihat Imam Syafi`i tersebut. Tidak akan mudah mempelajari materi yang diberikan dalam bahasa Rusia kecuali kita dengan sungguh-sungguh menelaah dan mempelajari dengan baik tentang bahasa Rusia itu sendiri. Memang diperlukan kegiatan belajar ekstra karena bahasa yang kita akan pakai sehari-hari baik dalam perkuliahan atau komunikasi dengan para pengajar adalah bahasa yang sangat asing dan bukan bahasa ibu kita.
Ambisi dan kesungguhan wajib menjadi dasar setiap mahasiswa Indonesia untuk tetap bertahan di negeri beruang merah ini. Seringkali kesulitan dalam beradaptasi dengan makanan dan cuaca membuat badan menjadi mudah sakit dan tidak dapat menerima pelajaran dengan baik. Ini adalah salah satu konsekuensi yang harus dihadapi. Perubahan suhu cuaca yang sangat ekstrem hingga mencapai -30 derajat di musim dingin dan bahkan lebih, sulit menemukan makanan yang halal, tidak adanya masjid (terutama di kota-kota kecil) sehingga para laki-laki mengerjakan salat jumat di sebuah bangunan kecil di tengah pasar kota.
Imam Al-Ghozali berkata, "Sesungguhnya hasil ilmu itu ialah mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam..." Mengapa demikian? Karena ilmu pengetahuan dan agama adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan alias tidak dapat berdiri masing-masing. Tengok apa yang terjadi saat agama dipisahkan dari ilmu pengetahuan. Niscaya manusia akan beragama dengan kolot, dengan taqlid yang berujung pada kerusakan. Sebaliknya, apabila seseorang berilmu tanpa beragama, maka ia cenderung menuhankan akalnya, menuhankan dirinya. Lupa bahwa dirinya pun ada yang menciptakan.
Tantangan iman, akhlak, dan budaya
Bagi teman-teman yang berniat untuk menuntut ilmu ke negeri orang. Maka hendaknya mempersiapkan mental baja. Terutama belajar di negara-negara Eropa yang sama sekali tidak dapat kita bayangkan bagaimana kehidupannya. Sehingga, saat kita berada di antara orang-orang yang "menguji" keimanan dan akhlak kita, maka kita tidak dengan mudah terguncang dan terbawa oleh arus kehidupan di sana. Begitu banyak bukti dan fakta yang menunjukkan bahwa mahasiswa-mahasiswi muslim yang belajar di Rusia akhirnya "kebablasan" karena terlalu "toleran" dengan budaya-budaya sekitarnya dan juga karena bekal iman dan akhlak yang kurang memadai. Â
Jadikanlah diri kita seorang pendakwah saat kita berada di negeri orang. Letakkanlah di bahu kita beban sebagai seorang Muslim dan Muslimah sebagai teladan yang baik dalam bidang apa pun. Tugas kita untuk menunjukkan kepada dunia bagaimana Islam yang sesungguhnya. Ambil ilmu sebanyak-banyaknya di mana pun kita belajar, baik itu di universitas ataupun dalam pergaulan sehari-hari. Ilmu yang baik kita adaptasi, namun yang kurang baik hendaknya kita ambil sebagai bahan pelajaran dan peringatan untuk membentengi diri lebih kuat lagi.
Apabila ditanya secara jujur, apa sebenarnya niat kita menuntut ilmu ke negeri orang? Menempuh ribuan kilometer, belasan jam mengudara melewati negara demi negara, menempuh risiko perjalanan demi mencapai sebuah negara bebas dan "keras" seperti Rusia. Kalau di Gontor dulu saya sering ditanya "Ke Gontor apa yang kau cari?", maka saat ini mari kita tanya diri kita masing-masing "Ke negara orang, apa yang kau cari?".
Jangan malu apalagi sombong dalam menuntut ilmu! Dengan kerudung, dengan kopiah, dengan sarung, jangan pernah malu menuntut ilmu. Tunjukkanlah bahwa Islam adalah agamanya para penuntut ilmu, orang-orang muslim adalah orang yang haus akan ilmu Allah, dan justru dengan ciri-ciri keislaman kitalah yang nantinya akan senantiasa menjaga kita untuk selalu tawadhu' dan berada pada rambu-rambu keislaman.