Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Fajar Menyapa Cinta Abadi: Menjelajah Diri dalam Makna Sedulur Papat Lima Pancer

8 April 2024   10:48 Diperbarui: 8 April 2024   10:49 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Fajar Menyapa Cinta Abadi: Menjelajah Diri dalam Makna Sedulur Papat Lima Pancer

Di pagi yang mulai menyingsing,
Cahaya fajar menyapa dengan hangatnya.
Namun, ada perjalanan yang lebih dalam,
Menuju diri, rumah sejati yang harus dijelajahi.

Sedulur papat limo pancer, kata-kata yang kaya makna,
Menyiratkan persaudaraan sejati di dalam batin.
Kita menjelajahi diri, seperti kakang kawah adi ari ari,
Menggali makna kebersamaan dan keikhlasan yang abadi.

Rumah singgah bukan sekadar tempat berlindung,
Tetapi tempat di mana jiwa berkumpul dalam kedamaian.
Sedulur papat limo pancer, mengajarkan arti persaudaraan,
Mengikat kita sebagai satu, dalam ikatan yang tak terputuskan.

Kita menjelajah dalam diri, menemukan kekuatan dan kelemahan,
Seperti kakang kawah yang tegar menghadapi tantangan.
Ari ari, melambangkan sinar harapan yang menyinari jalan,
Menuju kedamaian batin yang abadi dan tak tergoyahkan.

Dalam setiap langkah perjalanan, kita mendekati kebenaran,
Rumah singgah di dalam diri, tempat cinta abadi bersemayam.
Melalui makna Sedulur Papat Lima Pancer,
Kita menjelajahi diri dan menemukan kedalaman jiwa yang membebaskan.

Menjelajah Diri: Menggali Makna Sedulur Papat Limo Pancer


Di rumah singgah jiwa ini,
Aku termenung, merenungkan diri.
Menelusuri lorong-lorong batin yang terdalam,
Bertemu dengan "Sedulur Papat Limo Pancer" yang tersembunyi.

Kakang Kawah, air ketuban yang menyapa,
Simbol awal kehidupan yang penuh cinta.
Adi Ari-Ari, tali pusar yang terikat erat,
Penghubung dengan sumber kehidupan yang tak terputus.

Getih, darah yang mengalir di nadi,
Simbol kekuatan dan semangat yang tak henti.
Puser, pusat kehidupan yang terjaga,
Rahasia asal mula yang tak terduga.

Dan di tengahnya, aku berdiri teguh,
"Limo Pancer", diri yang utuh.
Kesatuan jiwa dan raga yang tak terpisahkan,
Berjalan di jalan kehidupan yang penuh rintangan.

Menjelajahi diri bukan perjalanan yang mudah,
Menghadapi sisi gelap dan terang yang terpadu.
Menerima kekurangan dan kelebihan yang dimiliki,
Menemukan kedamaian dalam diri yang tak terbagi.

Sedulur Papat Limo Pancer bukan sekadar mitos,
Tetapi kenyataan yang terpatri dalam diri.
Memahami mereka adalah memahami diri sendiri,
Menemukan kunci kebahagiaan yang tak terperi.

Di rumah singgah ini, aku belajar,
Tentang arti kehidupan yang sesungguhnya.
Bahwa aku tak sendiri dalam perjalanan ini,
Bersama Sedulur Papat Limo Pancer, aku melangkah pasti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun