Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Manusia Berisik

11 Januari 2024   20:00 Diperbarui: 11 Januari 2024   20:04 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Manusia Berisik

Manusia berisik,
Pandai, pintar, bijaksana,
Namun sering lupa diri,
Menjadikan dunia kacau balau.

Berisik dengan ucapan,
Berisik dengan tindakan,
Berisik dengan pikiran,
Membuat dunia menjadi penuh kebisingan.

Pandai bicara,
Pintarmembaca,
Bijaksana dalam berfikir,
Namun sering lupa untuk bersikap arif.

Berbicara tanpa berpikir,
Membaca tanpa memahami,
Berfikir tanpa pertimbangan,
Membuat dunia menjadi penuh kegaduhan.

Manusia berisik,
Perlu introspeksi diri,
Berhenti sejenak dari kebisingan,
Lihatlah dunia dengan mata hati.
Manusia berisik,
Perlu belajar untuk diam,
Diam untuk mendengar,
Diam untuk merenung,
Diam untuk memahami.

Manusia berisik,
Perlu belajar untuk rendah hati,
Rendah hati untuk menerima,
Rendah hati untuk belajar,
Rendah hati untuk berubah.

Jika manusia berisik,
Berhenti sejenak dari kebisingan,
Lihatlah dunia dengan mata hati,
Belajar untuk diam,
Belajar untuk rendah hati,
Maka dunia akan menjadi lebih baik.
Dalam keramaian kota yang tak henti,
Manusia berisik, hiruk pikuk tak terkira.
Namun, dalam diri, sebuah refleksi,
Pandai, pintar, dan bijaksana, jiwa berseri.

Dengarlah, langkah kaki yang berdentum,
Seolah irama kehidupan yang tak terputus.
Tapi, lihatlah dalam diri yang reflektif,
Pandai mengelola hiruk pikuk, hati tenang terpahat.

Pintar, bukan hanya kata di bibir,
Tetapi hikmah di setiap pilihan yang terpilih.
Pintar mengolah kata, membentuk harmoni,
Sejernih air di mata yang penuh ketenangan.

Bijaksana, bukan sekadar bersuara,
Tetapi mendengarkan, meresapi makna.
Bijaksana memilih, di antara riuh rendah,
Dalam hiruk pikuk, jiwa bersinar bijaksana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun