Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jeritan Tanah: Untuk Negeri Ini

13 Desember 2023   11:07 Diperbarui: 13 Desember 2023   11:12 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ubahlah dirimu, wahai negeriku,
Jadilah lebih baik,
Jagalah alammu dengan baik,
Agar negeri ini dapat lestari.

Nasehat untuk Negeri

Wahai negeriku yang tercinta,
Lihatlah dirimu di mataku,
Lihatlah apa yang telah kau capai,
Lihatlah apa yang telah kau sia-siakan.

Kau adalah negeri yang kaya raya,
Dengan alam yang indah dan subur,
Namun kau juga negeri yang rapuh,
Yang mudah hancur oleh tangan manusia.

Maka, jagalah dirimu, wahai negeriku,
Jagalah alammu dengan baik,
Agar kau dapat bertahan selamanya,
Dan menjadi negeri yang sejahtera.

Sadarlah, wahai negeriku,
Agar kau tidak terlambat,
Untuk memperbaiki diri,
Dan membangun masa depan yang lebih baik.
Di museum diam bajak dan luku,
Senjata tanah yang kini tergantung indah.
Jeritan petani masih hidup dalam hening,

Di sini terkandung pesan dan nasehat yang nyata.

Pesan Moral:

1.Hargai Akar Kebudayaan: Bajak dan luku, bukan sekadar artefak. Mereka adalah akar kebudayaan yang tumbuh di ladang, Hargailah warisan yang terkandung dalam tanah yang kita pijak.

2.Jangan Lupakan Jasa Petani: Jeritan petani mengajarkan tentang pengorbanan. Dalam setiap butir keringat, terukir rasa cinta, Jangan lupakan jasa mereka, penyelamat negeri ini.

3.Museum Bukan Akhir, Melainkan Awal: Ketika bajak dan luku tergantung di dinding, Museum bukanlah akhir, melainkan awal cerita. Bangkitkan semangat petani dalam tindakan, Pertanian bukan hanya pekerjaan, tetapi panggilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun