Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Memunggut Serpihan (Cerca) Embun Pagi

20 November 2023   21:50 Diperbarui: 20 November 2023   21:51 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memungut secerca pagi

Memungut titik embun pagi, saat mentari merekah,

Di tangan hati, hangat dan ceria.

Sejuk menyentuh, seperti pelukan kasih,

Pagi membangunkan, dalam nyanyian alam.

 

Embun-embun mungil, menggenggam senyap,

Menari di ujung daun, indah dalam diam.

Matahari timbul, memancarkan kehidupan,

Di pagi yang mulia, kisah baru dimulai.

 

Langit biru membuka pintu surga,

Mentari berbisik, rahasia alam semesta.

Pagi pun bicara, dalam bahasa ketenangan,

Seolah waktu menari, dalam irama harapan.

 

Gemintang di peraduan awan, berbisik lembut,

Pagi datang, membawa keberkahan.

Dalam peluknya, alam berangkai rosari mawar yang membumbung uapnya keatas,

pada uap doa yang terpancat tinggi..harum merebak...

Memuji Sang Pencipta, dalam keindahan pagi.

 

Memungut pagi, seperti menggenggam impian,

Mentari sebagai saksi, perjalanan hidup.

Dalam setiap kembang bermekar di pagi,

Terukir kisah, tentang kehidupan yang damai.

 

Pagi yang berseri, merona di jendela hati,

Memungut mentari, sebagai hikmah kehidupan.

Dalam embun pagi, tersemat doa,

Semoga hari ini, penuh dengan berkah dan cinta.

Kais-kais pagi, embun menari,

Di sela-sela daun, pesona pagi terbentang.

Sejuk menyentuh, langit pun terang,

Pagi yang lembut, membuka tirai hari.

Di taman hati, bunga-bunga bermekar,

Warna-warni kais pagi, berpadu rapi.

Embun sebagai permata, bersinar memancar,

Menyapa dunia dengan senyuman harap.

Kicau burung, lirih mengisi angkasa,

Kais-kais pagi, merayu mentari terbit.

Pantulan cahaya, menyapa alam yang tenang,

Seperti puisi yang diukir matahari.

Sinar kuning, memeluk segala warna,

Menghiasi awal hari dengan keindahan.

Kais-kais pagi, sebagai nyanyian cinta,

Ditulis oleh waktu, dalam buku langit yang lapang.

Lentera embun, gemerlap di rerumputan,

Menyinari jejak waktu yang berlalu.

Kais-kais pagi, peluk hangat sang mentari,

Menyiratkan harapan, dalam setiap hela napas.

Pagi terungkap, seperti kisah yang terbaca,

Kais-kais pagi, menyapa dengan kelembutan.

Menyongsong harapan di ujung cakrawala,

Di setiap kais, terukir keajaiban pagi yang damai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun