Pagi datang mengetuk lembut,
dengan cahaya asa yang melimpah,
namun diri ini tuli pada dunia,
tak mendengar suara sekitar,
tenggelam dalam hiruk pikuk digital,
meninggikan ego dalam kesunyian maya.
Nada-nada buatan merayap di telinga,
melupakan harmoni alam yang nyata,
lupa akan cinta yang tercurah dari sesama,
dan bisikan lembut angin yang menyapa.
Di tengah senyap yang terasa penuh,
terbelenggu dalam kebisingan tanpa makna,
aku rindu suara alami semesta,
nyanyian burung, gemerisik daun,
detak hati yang berpadu dengan tanah,
semua yang dulu kurasa, kini tersamarkan.
Mungkin saatnya berhenti sejenak,
melepaskan dunia yang hampa suara,
dan menyapa pagi dengan jiwa yang peka,
menyerap cinta dari alam,
dan kembali mendengar,
keindahan yang sejati,
yang selalu ada, namun sering terabaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H