Trend media sosial di Indonesia  telah menjamur di segala umur, bukan hanya anak muda bahkan lansia saja tidak ingin kalah eksis untuk berselancar di media sosial. Fenomena ini tentu bukan hal yang asing lagi bagi masyarakat. Kehadiran media sosial perlahan telah menyatu dengan ekosistem sosial masyarakat Indonesia. Perusahaan media We are Social (2023) mencatat bahwa sekitar 167 juta masyarakat Indonesia telah mengakses media sosial seperti, Tiktok, Facebook, Instagram, dan semacamnya. Data tersebut menguatkan fakta bahwa lebih dari setengah populasi orang di Indonesia telah terhubung dengan jaringan internet.
Aktivitas ini menjadi sebuah kegemaran yang harus dilampiaskan setiap harinya. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) setiap orang Indonesia menghabiskan waktu 3 sampai 5 jam sehari untuk mengakses media sosial. Akan pelik rasanya bagi sebagian besar orang bila satu hari saja tidak menyentuh media sosial, entah itu mengobrol  melalui fitur chat ataupun sebatas melihat kabar baru diberanda media sosialnya. Dalam beberapa kasus tertentu bahkan ditemukan bahwa kegemaran baru ini menjelma candu yang akut. Tidak jarang Psikiater dan terapi menjadi pendekatan paling efektiv dalam menyembuhkan orang yang terdampak hal tersebut.
Namun tidak bisa dipungkiri pula konsistensi masyarakat Indonesia untuk bermain media sosial setiap harinya, memacu para pengusaha untuk berlomba-lomba mempromosikan produk dagangannya melalui media sosial. Berdasarkan riset yang dilakukan  Nielsen Ad Intel dengan judul Digital ad spend in Asia jumped 64% in 2022, as overall ad investment increased by 12%, mencatat bahwa  Indonesia sebagai  top one tempat belanja  iklan di Asia, dengan  nilai belanja USD 19,2 miliar atau berkisar Rp287,82 triliun ( Kurs 14.991), yang didominasi oleh belanja iklan online, Internet, game, dan diikuti televisi maupun media cetak. Peningkatan tersebut menjadi bukti mulai membaiknya pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia, setelah sempat memburuk dihantam wabah Covid pada 2020.
Kegiatan iklan/ Promosi yang dilakukan oleh berbagai perusahaan ini ditujukan untuk memberitahu keberadaan produk mereka kepada masyarakat serta meyakinkan khalayak tentang manfaat produk mereka Rangkuti (2009: 51) dalam bukunya Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated. Tujuan dari hal tersebut tak lain dan tak bukan adalah agar perusahaan mendapatkan laba yang besar.
Umumnya usaha iklan/ promosi yang dilakukan perusahaan harus didasari oleh beberapa hal, seperti Modifikasi tingkah laku, karena Pasar merupakan tempat pertemuan di mana orang-orang hendak melakukan kegiatan pertukaran, orang-orangnya terdiri dari berbagai macam tingkah laku. Begitu juga dengan pendapat mereka tentang suatu barang atau jasa, ketertarikan, keinginan, dorongan, dan kesetiaannya terhadap barang dan jasa tersebut juga berbeda. Maka dari itu tujuan promosi adalah untuk mengubah tingkah laku dan pendapat suatu individu, dari yang semula tidak menerima suatu produk, menjadikannya setia terhadap produk tersebut. 2) Memberikan Informasi. Kegiatan promosi ditujukan untuk menginformasikan kepada konsumen yang dituju mengenai suatu produk. Informasi tersebut seperti harga, kualitas, syarat pembeli, kegunaan produk, keistimewaan, dan lain-lain. 3) Membujuk. Pada umumnya promosi ini kurang disenangi masyarakat. Namun pada kenyataannya, saat ini jenis promosi ini banyak bermunculan. Promosi ini dilakukan untuk mendorong adanya pembelian. 4) Mengingatkan. Promosi bersifat mengingatkan ini dilakukan untuk mempertahankan merek produk dihati masyarakat. Promosi ini dilakukan selama tahap kedewasaan dalam siklus kehidupan produk. Perusahaan berusaha memperhatikan dan mempertahankan pembeli yang ada, karena pembeli tidak hanya sekali melalukan pembelian melainkan harus berlangsung dan terus menerus (Puspitarini & Nuraeni, 2019).
Ada 5 aspek dan beberapa indikator yang sering digunakan oleh perusahaan dalam promosikan barang atau jasanya  secara online yaitu, membuat sebuah Iklan.  Indikator yang digunakan dalam online IMC adalah link ke situs lainnya, serta iklan yang diletakkan dalam situs yang bersangkutan. Aspek kedua berkaitan dengan Sales Promotion Indikator yang digunakan yaitu dengan menawarkan sesuatu secara gratis,  memberikan kupon diskon atau penawaran khusus,  memberikan program yang berhubungan dengan program loyalitas, mengadakan program yang berkaitan dengan undian dan juga permainan serta mengadakan games online. Aspek ketiga berkaitan dengan inisiatif perusahaan untuk mengumpulkan pertanyaan yang sering ditanyakan oleh konsumen serta jawaban atau biasa disebut dengan frequently asking questions,  press centre,  press release, galeri foto,  ataupun dengan pendaftaran untuk menerima e-newsletter, membuat testimonial atau buku tamu online,  merekomendasikan situs ke orang lain, serta merancang sebuah e-postcards gratis atau bentuk-bentuk file lain yang dapat diunduh secara gratis.
Aspek ke 4 yaitu Direct Marketing, Indikator yang digunakan adalah nomor telepon, nomor faksimile, adress, alamat surat, link ke e-mail, formulir tanggapan secara online, site map, search index, virtual tour, section yang menjelaskan hal-hal terbaru atau what's new, Â kalender kegiatan, Â informasi tentang nilai tukar, joke atau gambar kartun, denah lokasi, serta fasilitas untuk menggunakan bahasa lain. Aspek kelima berkaitan dengan Personal Selling, untuk Indikator yang digunakan yaitu adanya fasilitas yang dapat melakukan penjualan secara online, seperti fasilitas booking online, melakukan pemesanan online, melakukan penjualan online, dan berbagai fasilitas transaksi lainya secara online. Cara pembayaran secara online juga sebaiknya ikut digunakan seperti menggunakan credit card dan paypal (Freddy Rangkuti, 2009, p. 230)
Dimana kelima aspek ini kemudian sebagian besar telah terintegrasi kedalam media sosial. Seperti situs penjualan yang pasti terhubung dengan sosial media, fitur pesan dalam media sosial memudahkan para konsumen untuk berinteraksi langsung, serta penyampaian informasi mengenai metode pembayaran, alamat perusahaan dan sejenisnya sudah beralih ke media sosial semua, entah itu Instagram, Twiter, Facebook, Tiktok dan tidak jarang perusahaan memiliki lebih dari dua sosial media dalam mempromosikan barang dan jasa mereka.
Sehingga dalam peroses pengembangan dan pembuatan konten iklan terkhususnya pada platform media sosial, perusahaan tidak jarang memanfaatkan freelancer (tenaga kerja lepas) dalam pengelolaannya. Freelancer  merupakan sebuah profesi yang masuk dalam kategori temporary employment.  Organisasi Buruh Internasional (ILO) mendefinisikan bahwa temporary employment sebagai  kondisi dimana pekerjaan diberikan kepada pekerja hanya dalam periode waktu tertentu, berbasis proyek atau tugas, pekerjaan musiman/ kasual,  dan pekerjaan harian. Fleksibelitas yang ditawarkan oleh konsep ini  mengundang minat yang besar bagi perusahaan dan tenaga kerja.
Berbagai keterampilan yang berkaitan dengan desain komunikasi visual, konten kreator, editor foto, desiner grafis, digital marketing, penulis skrip, influencer dan sejenisnya  banyak diburu oleh perusahaan besar dan menengah dalam rangka pembuatan konten yang menarik di media sosial.  Kebutuhan ini  perlahan menjadi tambang bagi sebagian masyarakat untuk mendapatkan cuan yang besar. Kementerian Parawisata dan Ekonomi Kreatif ( Kemenparekraf, 2019) melaporkan dari 19 juta pelaku ekonomi kreatif, sekitar 2,8% yang berprofesi sebagai freelancer. Angka ini terus meningkat dalam jangka 3 tahun terakhir, dalam laporan terbarunya,  Badan Pusat Statistik (BPS, 2022) menemukan ada 34 juta masyarakat yang bekerja sebagai freelancer. Data ini menunjukkan bahwa  23,7% dari total angkatan kerja yang  menyandarkan hidupnya dalam sektor ekonomi kreatif.
Meningkatnya peminat  freelancer di Indonesia membawa sumbangan  bagi  pertumbuhan sektor ekonomi kreatif di Indonesia. Kemenparekraf  mencatat bahwa sub sektor Ekonomi kreatif menyumbang Rp1.153,4 triliun PDB atau 7,3% dari total PDB Nasional. Walaupun begitu, angka tersebut  belum ada apa-apanya dibanding sumbangan PDB yang diberikan pada sektor padat modal seperti, pertambangan dan perkebunan kelapa sawit. Fakta ini bisa dibuktikan dengan melihat pertumbuhan Ekonomi domestik pada Triwulan III-2022 kemarin. Topangan besar neraca perdagangan pada komoditas batu bara, besi dan baja, serta minyak kelapa sawit, memberikan Indonesia surplus sebanyak USD 14.92 miliar.