Mohon tunggu...
agung bukit
agung bukit Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa semester awal yang ingin terjun kedunia penulisan

Lagi belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Jurnalis?

16 Mei 2022   12:12 Diperbarui: 16 Mei 2022   12:27 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seiring berjalannya waktu, kemudian informasi yang disampaikan oleh diurnarii makin beragam, tidak hanya semata-mata keputusan kekaisaran saja. 

Melalui acta diurna, masyarakat Romawi mengembangkan sistem pertanggungjawaban harian senat dan kehidupan sosial serta politik yang dapat diakses oleh masyarakat. Namun hal ini berakhir saat masyarakat menjadi lebih otoriter dan kejam. Penyampaian informasi secara lisan maupun tulisan pada masa itu benar-benar menghilang.

Seiring berjalannya waktu jurnalisme mengalami perubahan yang signifikan. Perkembangan teknologi membentuk berbagai macam model jurnalistik. Namun perkembangan tersebut pada hakikatnya tidak merubah peran dan fungsi dari jurnalisme itu sendiri. 

Masyarakat dari zaman ke zaman tetap membutuhkan informasi yang akan membuatnya merasa aman. Sehingga demi menyajikan rasa aman tersebut, seorang jurnalis harus memiliki kemampuan yang mumpuni dan tanggung jawab moral yang tinggi. Namun kasus kekerasan, intimidasi dan lainnya yang acap kali diterima, menjadi hambatan bagi jurnalis untuk mencapai kualitas terbaiknya.

Seperti halnya yang terjadi kepada Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Lintas. Sejak diterbitkannya majalah berjudul "IAIN Ambon Rawan pelecehan" oleh LPM Lintas. 

Berbagai musibah berturut-turut menimpa para pengurus LPM tersebut. Mulai dari tindakan intimidasi dan penganiayaan, pembekuan LPM, bahkan dilaporkan kepada Polisi atas dugaan pencemaran nama baik. 

Lingkungan yang seharusnya mengarahkan, mendidik, dan melindungi para mahasiswa kini berubah menjadi rumah hantu yang sangat menyeramkan. Isu yang seharusnya dapat diselesaikan melalui proses dialektika, nyatanya harus dimoderatori oleh pihak kepolisian. Ini menjadi salah satu contoh dari banyaknya kasus yang menimpa jurnalis di negeri ini.

Bagaimana Indonesia bisa melahirkan Mike Mike baru bila dalam prakteknya, mahasiswa sering dibenturkan dengan pihak kepolisian. Sebuah momok yang menakutkan bagi mahasiswa dan dapat menimbulkan rasa trauma yang sangat membekas. Bukan hanya kepada mahasiswa itu sendiri tapi juga orang tua mahasiswa tersebut. 

Jika sudah begitu, menjadi Mike atau melampaui seorang Mike adalah hal yang mustahil untuk dilakukan. Karakter Mike hanya hidup dalam novel "Bumi Manusia" karya pak Pram dan imajinasi para pembacanya saja.

Perlakuan intimidasi, kekerasan, bahkan Intervensi oleh otoritas terhadap produk jurnalistik adalah tindakan yang melecehkan dan mengikari peranan dan fungsi dari jurnalisme. 

Masyarakat Perlu menyepakati bahwa jurnalis ada untuk melayani mereka yang diperintah, bukan untuk mereka yang diberi legitimasi untuk memerintah. Untuk mencapai kesepahaman tersebut, maka diperlukan keseragaman pengetahuan mengenai peran dan fungsi jurnalisme. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun