Mohon tunggu...
Agung Kuswantoro
Agung Kuswantoro Mohon Tunggu... Administrasi - UNNES

Pengin istiqomah dan ingin menjadikan menulis menjadi kebiasaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Makna Hakikat Ibu

22 Desember 2014   12:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:44 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa pembunuhan anak oleh Ibunya seperti di Jakarta karena kemaluannya yang kecil sangat miris bagi semua kalangan karena seharusnya Ibu memberikan kasih sayang padanya.

Peran Ibu adalah orang yang mengandung, melahirkan, menyusui, dan merawat sebagaimana transkip transkip Al Ahqof ayat 15 yaitu Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kedua orang ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payahnya. Mengandungnya sampai menyapihnya.

Kedudukan perempuan dalam kodratnya ada tiga yaitu wanita, istri dan Ibu. Menjadi wanita merupakan hak Tuhan, tetapi menjadi wanita yang sebenarnya adalah pilihan. Memilih antara dihormati atau tidak dihormati.

Kedudukan Ibu sangat tinggi daripada istri dan wanita. Disebut istri jika wanita telah menikah. Istri dalam keluarga memberikan kontribusi kepada suami dalam memenuhi kebutuhannya. Keduanya harus sinergis dalam menjalankan fungsinya di keluarga.

Hakikat wanita adalah orang yang dihormati. Kata wanita berasal dari bahasa Sanskerta yaitu kata wan artinya menghormati. Menurut Profesor Moh. Yamin, menyebut istilah lain wanita yaitu perempuan yang berasal dari kata empu yang berarti mereka yang utama, dimuliakan atau dihormati.

Ibu Teladan

Menjadi Ibu merupakan impian wanita. Ibu memiliki nurani yang kuat terhadap anak. Kisah Al Qomah, seorang yang disakitkan rohnya ditengorokannya menjelang wafatnya karena pernah menyakiti Ibunya sehingga tidak dapat mengucapkan kalimat tahlil. Kemudian Rosul bertanya “Apakah kamu melakukan solat?” Dijawabnya “ya solat”. Rosul bertanya lagi “Apakah Ibumu masih hidup?” dijawabnya “Ya”. Rosul menyuruh untuk menghadirkan Ibunya didekatnya. Ternyata Ibunya masih menyimpan rasa sakit hati kepada anaknya. Rosul memohon untuk mengikhlaskan kesalahan anaknya supaya sakaratol mautnya dipermudah sehingga dapat mengucapkan kalimat tahlil.

Meskipun validitas hadist tersebut dhoif (lemah), namun hikmah yang terkandung sangat baik yaitu nurani Ibu menginginkan anaknya selamat dunia dan akhirat. Tidak ada yang mendoakan anaknya untuk berbuat kesalahan. Berbeda dengan Ibu Malin Kundang yang mengutuk anaknya menjadi batu karena kedurhakaan.

Ibu menjadi teladan bagi anak dan keluargnya. Ibu dalam bertingkah laku dan berkata haruslah santun. Jangan pernah berbuat keburukan, berkata kasar atau mencela kepada anaknya. Ucapan lisan maupun batin Ibu bagaikan idu geni sehingga dianggap sebagai penyambung ke Tuhan.

Menurut Ummi Maya (2009) bahwa Ibu harus memelihara lisan karena setiap perkataannya adalah doa. Artinya, apapun keadaannya Ibu harus bijak dalam berkata, berbuat, dan bernurani. Dia harus memberikan yang terbaik untuk anaknya dengan cerdas dan arif.

Bagaimana dengan kejadian pembunuhan anak oleh Ibunya? Apakah pelakunya dinamakan Ibu? Di mana letak peran ibu? Di mana hati nurani Ibu? Di mana kemuliaan Ibu? Apakah kita wajib menghormati dia?

Kasus tersebut bukti bahwa pelakunya adalah wanita yang rendah martabatnya, bukan Ibu karena jika Ibu maka melanggar peran Ibu yaitu merawat. Di dalamnya terdapat mendidik, mengajar, dan membimbing anak. Ibu pasti memiliki tindakan dan nurani yang terbaik untuk anaknya. Tidak dengan cara yang keji yaitu membunuh, berkata kasar, atau nyepatani (mengutuk).

Ibu adalah wanita dan istri. Seorang perempuan menjadi wanita itu pasti, tetapi wanita belum tentu menjadi Ibu karena dia harus menjadi teladan. Semoga wanita yang ada di lingkungan kita bisa menjadi Ibu yang berhati lembut dan memberikan teladan bagi keluarga dan anaknya. Amin

Selamat hari Ibu,,

Penulis : Agung Kuswantoro, S. Pd, M. Pd, Dosen Fakultas Ekonomi, Unnes dan Pegiat Mahasiswa Mengaji

tulisan pernah di diposting di blog saya : www.agungbae123.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun