Mohon tunggu...
Agung Bachtiar
Agung Bachtiar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pertahanan RI

Mahasiswa Magister Keamanan Maritim

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Semenanjung Korea di Ambang Perang Nuklir: Titik Nyala yang Mematikan

27 Agustus 2024   12:12 Diperbarui: 29 Agustus 2024   12:12 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: Wikipedia
Sumber: Wikipedia

Gambar tersebut memperlihatkan seorang anak laki-laki dari Nagasaki, yang sedang menggendong adiknya yang teleh meninggal akibat bom atom. Ia berdiri dengan tegar, meskipun kesedihan mendalam terlihat jelas dari cara ia menggigit bibir bawahnya, seolah menahan tangis yang tak terucapkan. Ekspresi wajahnya yang dingin namun penuh kepedihan mencerminkan beban yang tak tertanggungkan, baik secara fisik maupun emosional. Gambar tersebut menjadi simbol nyata dari kehancuran yang dibawa oleh senjata nuklir, di mana sebuah ledakan tidak hanya menghancurkan kota, tetapi juga menghancurkan jiwa-jiwa yang tak bersalah. 

Kita harus melihat kembali gambar tersebut sebagai pengingat akan kengerian perang nuklir, terutama ketika dunia saat ini kembali menghadapi ancaman yang serupa. Penderitaan yang ditunjukkan oleh anak tersebut bukan hanya miliknya saja, tetapi merupakan cerminan dari penderitaan ribuan orang lainnya yang juga kehilangan segalanya. Oleh karena itu, kita harus belajar dari sejarah tersebut dan berkomitmen untuk mencegah tragedi semacam itu terjadi lagi. Menolak perang dan memelihara perdamaian adalah satu-satunya cara untuk menghindari kehancuran kemanusiaan.

Sebagai pengingat akan dahsyatnya kehancuran yang dapat ditimbulkan oleh senjata nuklir, kita dapat mengambil pelajaran dari kata-kata penyintas bom atom Hiroshima, Setsuko Thurlow: "Humanity and nuclear weapons cannot coexist. Our very survival depends on their total abolition." Kutipan ini menegaskan bahwa keberadaan senjata nuklir dan keberlanjutan umat manusia tidak dapat berjalan bersamaan. Senjata nuklir, dengan daya hancurnya yang luar biasa, mengancam tidak hanya negara atau wilayah tertentu, tetapi juga seluruh umat manusia. Setiap detik senjata nuklir tetap ada, kita hidup dalam bayang-bayang kehancuran total.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun