Namun berutang musti dibarengi niat baik, yaitu membayar sesuai kesepakatan. Kalau di waktu dijanjikan, nyatanya uang benar-benar kosong. Sebaiknya disampaikan, jangan lantas menghindar bahkan menghilang. Utarakan dengan kalimat yang santun, minta penangguhan waktu membayar.
Utang ibarat pedang bermata dua. di satu sisi melegakan disisi lain mengikat. Â Memang lega rasanya, saat kondisi sempit bisa memenuhi kebutuhan. Tetapi jangan abai, ada kewajiban membayar uang orang.
Berutang, adalah mempertaruhkan kredibilitas. Kalau tidak membayar utang, artinya siap menghancurkan nama baik diri. Akibatnya cukup fatal, baik untuk jangka pendek maupun panjang. Niscaya kepercayaan orang luntur, pada yang sengaja mangkir membayar.
Saya yakin, Kompasianer pasti mengimani. Bahwa utang akan dibawa mati, sedemikian dahsyatnya dampak tidak membayar utang. ---wallahu'alam bishowab.
Utang Bukan Sekadar Soal Uang tapi Kredibiltas
Suatu waktu, teman lama pernah satu kantor berkirim kabar. Bahwa ada restoran, minta dibuatkan video untuk promosi paket di hari besar. Selain mendapat menu direview, saya juga mendapatkan hak berupa fee.
Teman ini, kerap berbagi pekerjaan. Selain juga pemilik usaha rumahan, pertemanan dengan pelaku UMKM lain lumayan banyak. Kami punya kesepakatan, soal besaran pembagian fee. Kalau ada pengguna jasa, melalui jalur beliau.
Saya pribadi tidak kaku soal harga, terutama pada pelaku usaha kecil. Tidak jarang digratiskan, membayar dengan makanan yang sedang direview. Itung-itung membantu promosi, orang yang butuh tetapi tidak ada budget.
Tetapi kalau skala usaha-nya besar, misalnya sekelas resto atau caffee di Mall. Biasanya kami akan nego harga, sebelum terjadi kesepakatan.
Setelah kami sepakat, maka saya ke restoran dimaksud mengambil video. Setalah editing dan approval, diposting di medsos sesuai jadwal disepakati. Semua proses berjalan lumayan mulus, sampai pada hari pembayaran.
Gelagat mangkir mulai terbaca, ketika teman penghubung mengulur ulur waktu. Dari restoran mengaku sudah membayar, ditransfer ke rekening teman penghubung. Janji sehari dua hari ditunggu, seminggu dua minggu dijabani.