Tetapi untuk cerita segala macam, ibu menjadi tempat paling tepat. Dari jaman SD sampai SMA, apapun saya kabarkan ke ibu. Apapun kejadian di sekolah, ibu orang pertama mendengar cerita itu.
Kini setelah menjadi ayah, saya merasakan sendiri. Kerap mendengar informasi tentang anak-anak, justru dari ibunya. Jadwal mbarep ngaji atau ekskull anak wedok, ada di kepala istri. Mula-mula saya merasa dinomorduakan, tapi kini bisa berdamai dengan keadaan.
Toh, saya tetap mengajak ngobrol anak. Respon anak wajar, tidak menjauh atau membuat jarak dengan ayahnya. Kami berkomunikasi, layaknya ayah ke anak dan sebaliknya. Anak-anak tetap pamit, kalau hendak pergi atau ada kegiatan ke luar rumah.
Saya menyadari, soal pembagian peran harus terjadi di rumah tangga. Dan saya sepakat, keberadaan istri diibaratkan jantung-nya rumah tangga.
Jantung Rumah Tangga Itu Ada di Istri
Saya cukup dekat, dengan keluarga dari garis istri. Mulai bapak ibu mertua, kakak-kakak ipar sampai para keponakan cukup dekat. Kami keluarga besar, tinggal di sekitaran Tangerang. Hanya satu kakak tengah, bekerja dan tinggal di Serang.
Karena rumah yang tidak telalu jauh, kami keluarga besar kerap kumpul. Entah saat uti atau akung -- sapaan ke ibu dan bapak mertua- ulang tahun, atau sekadar kumpul seseruan.
Kami antar saudara guyub, mbarep saya CS-an dengan saudara sepupu. Karena umurnya sepantaran, obrolannya nyambung dan sefrekwensi. Saya tidak terlalu canggung, ngobrol dengan kakak ipar. Hingga pertengahan tahun 2019, keadaan mulai berubah.
Ibunda meninggal, kini rumah induk ditunggui satu kakak yang belum menikah. Saat covid melanda, kami makin jarang bersua. Dua kali lebaran tidak berkumpul, tahun 2022 ayahanda sakit dan meninggal.
------
Jantung rumah tangga yang sesungguhnya itu ada di istri. Jika hati istrimu bahagia, maka seisi rumah akan merasakan keindahan dan kenyamanan. Dan kewarasan seorang istri, tergantung perlakuan suami-- @penyejukhati