Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Bahwa Bahagianya Ayah adalah Bahagia yang Unik

30 November 2024   11:40 Diperbarui: 1 Desember 2024   10:43 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
keluarga besar kampung halaman. (Dokumentasi Pribadi)

Kejadian semisal terjadi, saat anak tengah lahir. Semasa balita sering sakit-sakitan, saat umur lima tahun jatuh kepalanya sobek. Bisa dibilang, anak tengah ketinggalan soal pelajaran di sekolah.

Bapak memberi perhatian yang lebih, pada anaknya yang satu ini. Bahkan sampai dewasa dan menikah, bapak tidak lepas tangan. Sebisanya berada di garda terdepan, ketika ada apa-apa dengan anak tengah.

Kilas balik masa lalu dibongkar ibu, seketika membukakan mata batin saya. Bahwa tidak ada seorang ayah, yang ingin berlaku tidak adil. Semua yang terjadi situasional, dan ayah musti memilih sikap yang ideal.

Mengutamakan anak yang lebih membutuhkan bantuan, sembari melepaskan anak lain yang dianggap mampu mandiri. Mungkin menjadi sikap dilematis, risikonya sudah diperkirakan bapak.

Bapak dengan segala keterbatasan, tetaplah berusaha mempersembahkan sikap seideal mungkin. Bapak tetap manusia biasa, yang tidak lepas dari kesalahan. Tetapi, bahwa bahagianya ayah adalah bahagia yang unik. Demikianlah adanya.

Bahwa Bahagianya Ayah adalah Bahagia yang Unik

wefie keluarga. (Dokumentasi Pribadi)
wefie keluarga. (Dokumentasi Pribadi)

Saya pernah, suatu hari hadir di sebuah event. Mendapat jatah snack dan nasi kotak, saat dibuka saya menahan diri memakannya. Pasalnya ada puding, makanan kegemaran anak wedok. Bersanding risol kesukaan istri, tinggal lemper untuk saya makan.

Kejadian serupa terulang, ketika membuka nasi kotak. Lauk rendang kesukaan anak lanang, berbagi ruang dengan sedikit cap cay dan tempe orek. Reflek saja disisihkan rendang, saya makan selebihnya (nasi- cap cay- tempe orek).

Jujurly, kenyangnya tidak nendang. Tetapi membayangkan senyum istri dan anak-anak, cukuplah menahan rasa lapar. Pada saat memutuskan hal ini, saya teringat almarhum bapak.

Bahwa kewajaran-kewajaran sikap bapak, akan sulit dipahami. Sebelum diri sendiri merasakan, berada di posisi menjadi ayah. Dan kini, saya menyandang predikat ayah. Peran yang menuntut, saya bersikap seperti sikap bapak dulu.

Meski terlihat getir, meski terlihat menyiksa diri, tetapi ada perasaan yang unik. Ya, kebahagiaan, yang didapatkan dengan cara -- seolah---tidak membahagiakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun