Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Masa Sengsara Memang Ada tapi Ayah Musti Terus Berusaha

21 November 2024   12:50 Diperbarui: 21 November 2024   16:15 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayah penggembala- dokumentasi pribadi

Sepagian ini saya dibuat merenung, setelah menyimak sebuah konten video yang seliweran di tiktok. Menampilkan budayawan Emha Ainun Nadjib, dengan pernyataannya yang menggelitik sekaligus mendalam.

Bahwa kehidupan dirancang dengan luar biasa, semua yang terjadi di dunia ada takarannya. Tidak ujug-ujug begitu saja terjadi, semua terencana dengan sedetil-detilnya. Kita musti meyakini, bahwa tiada sia-sia yang dipersembahkan kehidupan.

Manusia dengan ketak-kuasaannya, dijamin tiada mampu menyangkal takdir. Sepanjang apapun kesenangan, jatahnya kan selesai dan diganti sedih. Pun nelangsa yang terjadi secara beruntutan, pasti ada keberuntungan menyelamatkan.

Ayah dengan keperkasaan dimiliki, bisanya sebatas mengerahkan usaha keras dimiliki. Memperjuangkan istri dan anak-anak, mempertanggungjawabkannya kelak di hari perhitungan. Kalau sengsara sedang terjadi, ayah pasrahlah mengakui kelemahan.

Tetapi bahwa tak putus asanya menyerahnya ayah, kan menjadi catatan kehidupan. Kelak dipersaksikan istri dan anak-anaknya, mereka bangga padamu ayah.

---

Ayah- ibu dan anak - dokpri
Ayah- ibu dan anak - dokpri

Saya seperti ayah pada umumnya, mengalami masa pasang dan surut. Pernah dibuat pusing, ketika banyak kebutuhan dipenuhi saat dompet menipis. Saya dan istri membahu, merasakan masa sempit dan lapang.

Kalau ada yang bilang "kelapangan cenderung melenakan", saya sangat menyepakati. Ketika sedang banyak uang, muncul sikap menggampangkan suatu masalah. Mudah menyepelekan gagasan orang lain, merasa diri paling benar dan banyak kontribusi.

Bahwa kesempitan, kan memberi ruang lebar untuk belajar berdamai. Saya sangat setuju, karena juga pernah mengalami. Justru pada masa-masa nelangsa, saya disadarkan akan banyak kesalahan. Pada orang-orang di masa lalu, yang bahkan tidak saya pedulikan perasaannya.

Masa-masa paceklik, mengantar saya pada kemenyesalan demi kemenyesalan. Ingat perkataan yang menyinggung saudara sendiri, pernah mengecilkan teman sekantor. Pernah meremehkan tetangga, yang usulannya sangat biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun