Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Masa Sengsara Memang Ada tapi Ayah Musti Terus Berusaha

21 November 2024   12:50 Diperbarui: 21 November 2024   12:55 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayah penggembala- dokumentasi pribadi

Yang saya rasakan, bahwa seiring bertambahnya usia makin banyak kejadian dilalui. Hidup seorang ayah, tidak lagi tentang hidupnya sendiri. Tetapi ada hidup anak istri, yang musti -- lebih -- dipikirkan. Saya yakin Kompasianer, kemungkinan juga merasakan hal yang sama.

Ketika masa senang datang, rasanya waktu sebegitu cepat dijalani. Tertawa ceria bahagia, seolah sangat ampuh memangkas hari. Sementara saat masa sengsara tiba, rasanya jarum jam berdetak sedemikian lambatnya. Waktu terasa lebih panjang, rasa tak sabar ingin segera lepas dari kesedihan.

Kompasianer, sedih dan senang memang dipergilirkan adanya. Semesta menetapkan, setiap manusia telah dihitungkan jatahnya. Mau tak mau, menerima atau menyangkal, sedih dan senang telah menjadi bagian kehidupan seorang manusia.

Terkhusus para ayah, yang beban-nya ditambahkan oleh kehidupan. Janganlah berkecil hati, kemulianmu ada sabarmu berproses. Bebanmu memang berat, masalahmu memang kompleks. Tetapi bukankah perkasanya sebuah gedung, karena kualitas cor-coran batu dan semennya.

Kini, saya telah merasakan. Nelangsa versi bujangan versus nelangsa versi ayah. Tingkat kesulitannya, memang tak bisa diperbandingkan---setiap orang punya masanya. Tapi bagi yang pernah berada di dua keadaan itu, otomatis bisa merasakan.

Kalau nelangsanya bujangan, ibarat tidak makan ya puasa senin kamis. Berbuka di masjid tertentu, yang menyediakan berbuka puasa sunah.

Sementara nelangsa versi ayah, lebih kompleks dan tidak sesimpel itu. Laparnya ayah sendiri--mungkin-- bisa ditahan, karena ayah biasa melewati gemuruh kesedihan. Tetapi lapar istri dan anak- anak di rumah, tak bisa dipersamakan dan musti dicarikan solusi.

Karena ini soal, marwah dan harga diri-nya ayah dan masa sengsara memang ada, tapi ayah musti terus berusaha.

----

Para tetua di acara saren taun Banten- dokpri
Para tetua di acara saren taun Banten- dokpri

"Yang penting kerja keras dengan segala kesengsaraanya.  Memang berat, memang nelongso, kadang putus asa tapi jangan melewati batas putus asa. Tawakal dan mandep mantep kepada kehidupan backingnya Alloh. Jangan itung nasib berdasarkan kemauanmu tapi berdasarkan kemauan Alloh. Kerja keras minta pada Alloh," Emha Ainun Najib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun