Pilkada 2024 serentak, akan segera digelar di negeri tercinta. Adakah diantara Kompasianer's, yang turut berpartisipasi, menjadi petugas KPPS (Kelompok Petugas Pemungutan Suara), petugas yang paling sibuk, di hari H pemilihan kepala daerah.
Pilkada tahun ini, saya kembali menjadi KPPS di lingkungan tempat tinggal. Sejak sebulan, tahapan menjadi KPPS sudah saya jalani. Mulai pendaftaran, melengkapi dokumen administrasi, koordinasi pengurus RT.
Dan seminggu lalu, secara resmi dilantik menjadi KPPS oleh ketua KPU (Komisi Pemilihan Umum) Kelurahan, disaksikan camat dan Babinsa. Kemarin KPPS sekelurahan dikumpulkan, mengikuti bimtek (bimbingan teknis) dan tanda tangan pakta integritas.
Seru dan menyenangkan, bisa berkontribusi untuk lingkungan terdekat. Meski tidak banyak yang dilakukan, setidaknya saya telah berbuat.
------
Jujurly, sebenarnya ini bukan kali pertama menjadi KPPS. Pada Pilpres yang lalu, saya juga menjadi KPPS. Sehingga cukup paham alur kerjanya, dan musti siap melekan.
Tapi menurut ketua KPU Kelurahan, seharusnya pilkada tidak seribet pilpres. Mengingat hanya dua kotak pencoblosan, memilih Walikota dan Gubernur saja. Sementara Plipres ada lima kotak pencoblosan, yaitu presiden, DPR- MPR, DPRD I - II, DPD RI.
Diharapkan, proses penghitungan tidak sampai lewat hari. Asal semua anggota KPS kompak dan solid, bisa membantu kelancaran pilkada. Senang pastinya, kalau proses pemungutan suara dan penghitungannya lekas selesai.
Menjadi Petugas KPPS adalah Jalan Ninjaku
Pada pilpres 2024, saya sebagai KPPS 2. Tugasnya bersama KPPS 3 membantu KPPS 1, menyiapkan surat suara sebelum diserahkan ke pemilih. Setengah hari tangan ini, tak berhenti menulis di surat suara. Jari jari rasanya pegal, ratusan surat suara musti ditulis satu persatu.
Dan di Pilkada 2024, jobdesk saya sebagai KPPS 7. Tugas saya di meja terakhir, yaitu memastikan pemilih mencelupkan jari ke tinta --setelah mencoblos surat suara. Menurut saya, tugas ini lumayan ringan. Nyaris sama dengan KPPS 6, yang mengarahkan pemilih masuk ke bilik dan memasukan surat suara ke kotak suara.
Sebenarnya, ada goal yang lebih dari sekadar capek. Menjadi KPPS, membuat saya lebih mengenal, tetangga dan atau warga tempat tinggal. Mengingat kami warga urban, nyaris minim sosialisasi dengan tetangga.
Saya dan istri mengakui, tidak terlalu banyak kenal dengan warga. Kami tinggal di perumahan lama, warganya campur baur. Warga yang sudah sepuh, sebagian warga seumuran dan ada yang di bawah kami.
Saya berusaha hadir, setiap ada kegiatan RT seperti kerjabakti atau yang lain. Tetapi itupun, belum tentu enam bulan sekali diadakan. Layaknya perumahan di kota penyangga Jakarta, sikap individualis masih ada meski tidak menyolok.
Moment Pilkada, menjadi kesempatan sangat bagus. Saya muncul dan unjuk diri, semoga bisa saling kenal warga. Kalaupun masih belum kenal nama, setidaknya warga pernah melihat wajah saya. Sewaktu-waktu bersua di jalan, kami bisa bertegur sapa.
Ya, menjadi petugas KPPS adalah jalan ninjaku. Mengenal lebih dekat dan guyub, dengan tetangga dan warga di lingkungan tinggal. Menjadi cara berkontribusi kecil, sebagai warga negara.
Btw, saya masih menyimpan video saat menjadi KPPS pilpres yang lalu. Â Tautan videonya, saya sertakan di akhir tulisan ini---semoga bermanfaat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H