Dan di setiap tantangan, membutuhkan stamina dan energi yang tidak sedikit.Sejatinya setiap manusia, membutuhkan ujian hidup yang menguatkan dan membijakkan.
Pun ujian suami istri, pasti menyimpan selaksa kebaikan. Meski sangat menyesakkan dada, meski menguras air mata. Bahkan ujian yang berlangsung, sama sekali diluar bayangan.
Maka  bersabar dan bersabar adalah keputusan terbaik. Menyerahkan ending segala kejadian, pada pemilik skenario kehidupan.
Suami istri musti saling support, berproses bersama. Dan biarkan ikatan batin itu, semakin terkukuh dan terkokohkan.Â
Sehingga tumbuh sikap saling peduli, saling menghargai, saling membutuhkan.
Sependek pengalaman saya, pernikahan ideal adalah yang menempatkan seseorang pada fungsinya. Â Jangan dibolak balik, selama tidak ada faktor force majour---keterpaksaan yang sangat.
Ayah dengan jiwa kepemimpinan, semestinya menjalankan fungsi. Berperan sebagai pencari nafkah, mencukupi sandang pangan papan keluarga. Istri dengan tugasnya menjaga rumah, musti menunaikan fungsi sebaik-baiknya.
Suami istri punya tugas yang sama-sama penting, sesuai porsi dan perannya. Bahwa di pernikahan penuh liku dan juang, demikianlah kenyataannya.Â
Yang kita bisa, adalah mempersembahkan upaya terbaik. Agar rumah tangga, mengantar pelakunya pada kemuliaan.
Menikah adalah ibadah terpanjang, disetarakan separuh ibadah kehidupan. Sedemikian dahsyat menikah, janganlah disia-nyiakan.