Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Meringankan Kesedihan dengan Menikah

24 Oktober 2024   10:56 Diperbarui: 24 Oktober 2024   16:25 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menikah adalah sunatullah, menjadi salah satu episode kehidupan yang diadakan semesta. Banyak kebaikan terdapat di dalamnya, meskipun sangat tidak mudah menjalaninya.

Seberat apapun jalan pernikahan ditempuh, niscaya akan banyak kebaikan dikandung. Dan menikah menjadi lahan juang suami istri, menyemai pencerahan demi pencerahan kehidupan.

Meringankan Kesedihan dengan Menikah

(Dokumentasi Pribadi)
(Dokumentasi Pribadi)

Hadist diriwayatkan Baihaqi dan Annas bahwa Rasulullah bersabda "Apabila seorang hamba menikah, maka sungguh orang itu telah telah meyempurnakan setengah agama maka hendaklah dia bertakwa kepada Allah setengah lainnya".

Sependek pengalaman, saya sangat mengamini challenging-nya kehidupan pernikahan. Kalau satu bulan pertama ibarat bulan madu, kenyataan itu sangat benar adanya. Kemudian setelah masa bertabur bunga itu selesai, maka kondisi real life akan dihadapi.

Antara suami dan istri sudah tidak ada yang bisa ditutupi, baik buruk sampai aib terbuka dengan sendirinya. Cantik istri dan gantengnya suami telah lewat, semua karakter akan terkuak dan ditunjukkan.

Saatnya membuktikan janji saat akad nikah, suami dan istri siap bersama dalam suka dan duka. Selalu bergandengan tangan dengan erat, menghadapi seberat apapun cuaca kehidupan. Dan keadaan inilah, yang bisa menjadi bahan eratnya tali perkawinan.

Senangnya dibarengi rasa syukur, sedihnya melahirkan kesabaran. Karena kesedihan bukanlah keadaan buruk, dan kesenangan tidak berarti lebih mulia. Sedih dan senang adalah soal waktu dan dipergilirkan, suami istri melewati memetik hikmahnya.

Bayangkan indahnya, suami yang terpuruk dibersamai istri yang selalu men-support. Istri menjadi yang terdepan, meraup kesedihan suami. Pun saat istri sedang gundah, suami datang menenangkan. Suami adalah orang yang paling mengerti, meredam rasa gulana dipendam istri.

Kalau setiap pasangan, bersedia bersama memaknai setiap keadaan. Maka tidak ada alasan, untuk tidak bertambah rasa sayang. Keterpurukan yang dihadapi berdua, menjadi alasan saling membahu untuk bangkit dan berdiri.

Menikah adalah alasan, agar setiap episode kesedihan -- apalagi kesenangan-- tidak ditanggung dan dirasakan sendiri. Karena kesedihan yang ditanggung sendiri, tentu lebih berat jika dibandingkan dengan dibagi.

(Dokumentasi Pribadi)
(Dokumentasi Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun