Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengatasi Krisis Iklim dengan Penanaman Mangrove

24 September 2024   08:33 Diperbarui: 24 September 2024   08:34 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianer's, hari-hari belakangan, hawa di Tangerang Selatan terasa panas. Bulan September ceria, dulu identik dengan musim penghujan. Nyatanya kini tidak seperti diharapkan, justru cuaca lebih panas -- kalau di rumah saya plus banyak nyamuk-.

Bagaimana, di daerah kalian?

Membaca kabar di beberapa portal online, terbetik kabar. Bahwa situasi saat ini, sebagai indikasi krisis iklim global yang melanda dunia. Krisis yang memicu perubahan ekstrim jangka panjang, ditandai dengan perubahan suhu dan pola cuaca.

Kalau hal ini dibiarkan berlarut-larut dan berkepanjangan, sangat mungkin berdampak pada krisis pangan. Ngeri ya, kawan.

Sebagai orang awam, saya terbayang hal yang mainstrem. Adalah kekeringan pada lahan pertanian, akibat minim hujan ditambah krisis iklim. Membuat petani tak bisa bercocok tanam, potensi gagal tanam dan gagal panen di depan mata.

Alhasil, stock komoditas pangan mengalami penurunan. Kita kekurangan bahan pangan, pun hewan dan tumbuhan.

Di satu sisi, meningkatnya suhu global dan emisi gas karbon, bisa memantik kerusakan biodiversitas. Mengakibatkan potensi terjadinya kenaikan permukaan air laut, yang merusak wilayah pesisir pantai. Dampak lebih lanjut-nya, keseimbangan ekosistem alam terganggu.

Kalau sudah demikian yang terjadi, perekonomian masyarakat sekitar pantai terancam. Nelayan terhalang untuk melaut, kegiatan pariwisata juga tidak berjalan dengan baik.

Eit's, kita bisa berkontribusi dalam skala kecil. Memulai dari hal-hal di keseharian, menerapkan dalam gaya hidup dan atau terlibat dalam gerakan green.

Banyak lo, komunitas green bermunculan dan tersebar di banyak kota di Indonesia. Komunitas yang aktif, dalam gerakan penghijauan. Seperti membawa tumbler saat bepergian, membawa tote bag saat belanja, atau gerakan lain guna mengurangi sampah plastik.

Termasuk ajakan penanaman mangrove, yang pernah beberapa kali saya ikuti. Seru dan menyenangkan, bisa berkontribusi untuk kelestarian lingkungan.

Kalau setiap komunitas di banyak tempat, melakukan hal semisal. Maka dampak green, bisa dengan cepat dirasakan.

----

kegiatan penanaman mangrove - dok Arief Rahman
kegiatan penanaman mangrove - dok Arief Rahman

Menyoal mangrove, memiliki peran sangat besar dalam mitigasi iklim. Apalagi mangrove bisa ditanam di daerah tropik dan subtropik, mampu menyimpan karbon 3-5 kali lebih banyak daripada hutan tropis daratan.

Mangrove bisa menangkap karbon atmosfer, menguncinya dalam lumpur atau tanah untuk waktu yang lama. Mangrove juga menjadi tempat strategis, pembenaman karbon (carbon sinks) yang sangat besar. Berfungsi untuk menahan abrasi, ekosistem perikanan, kayu, serta perlindungan pesisir.

Aksi penanaman mangrove, marak dilakukan di seantero Indonesia ini. Beberapa perusahaan besar, baik swasta maupun BUMN turut serta dalam kegiatan penanaman mangrove.

Sebut saja, PLN yang melakukan penanaman mangrove di Kabupaten Cilacap, Pelindo yang pernah mengadakan aksi tanam mangrove di Kabupaten Sikka di Nusa Tenggara Timur, atau Tambang Emas Martabe yang menggelar tanam mangrove di Tapanuli Tengah di Sumatera Utara.

Melibatkan jurnalis dan konten kreator, guna menyebarkan kegiatan positif ini. Agar diikuti pemangku kepentingan yang lain, sehingga krisis iklim bisa diminimalisir.

Mengatasi Krisis Iklim dengan Penanaman Mangrove 

Menurut laporan YKAN (Yayasan Konservasi Alam Nusantara), mangrove Indonesia menyimpan sepertiga cadangan karbon dunia. Namun mangrove sangat rentan, terhadap perubahan iklim dan stres antropogenik.

Negara kita Indonesia, memiliki hutan mangrove mencapai 3,36 juta hektare. Sekitar 202 jenis mangrove, diperkirakan hidup di dalamnya. Sayangnya hampir 70% ekosistem mangrove rusak, sehingga mangrove tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

penamanan mangrove di Muara Tawar Bekasi- dok Arief Rahman
penamanan mangrove di Muara Tawar Bekasi- dok Arief Rahman

Pemerintah tengah berupaya, merehabilitasi hingga 600.000 hektare lahan mangrove. Target yang utama, di Provinsi Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur dan Bali.

Konservasi ekosistem mangrove, ditargetkan mengurangi emisi sebesar 26% pada tahun 2030. Gerakan rehabilitasi magrove, diharapkan menutup kerusakan ekosistem mangrove di Indonesia.

Pemulihkan eksosistem mangrove secara efektif,  membawa dampak postif yang berkesinambungan. Yaitu penyerapan karbon yang optimal, mengurangi emisi, mendukung konservasi ratusan satwa. Dampak baik yang utama, adalah peningkatan kualitas hidup warga sekitar mangrove.

Menjaga dan melestarikan hutan mangrove, menjadi tugas semua pemangku kepentingan dan kita masyarakat Indonesia. Karena menyelamatkan hutan mangrove, menjadi cara efektif mengatasi kriris iklim. Sekaligus menyelamatkan, generasi masa depan.

Semoga bermanfaat.

img-20240922-wa0016-66f21519ed641501a31eb1d2.jpg
img-20240922-wa0016-66f21519ed641501a31eb1d2.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun