Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Jika Menikah Itu Mudah Tak'kan Menyepadankannya dengan Separuh Agama

24 Agustus 2024   22:43 Diperbarui: 25 Agustus 2024   08:22 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungguh, saya sepakat soal menikah itu berat. Saya sangat-sangat mengamini, bahwa menikah membutuhkan pengorbanan tak terbatas. Bahwa menikah berarti siap meng-nol-kan ego, yang dilakukan secara sadar dan sukarela. Bahwa menikah, berarti siap mengalah di banyak hal.

Dan untuk ketidakenakan-ketidakenakan itu, saya juga sangat meng-iya-kan tentang satu hal. Bahwa orang yang bisa menjalani itu semua, pantaslah dikategorikan orang hebat.

Kategori hebat yang sangat unik, karena terbebas dari segala macam parameter. Mereka orang hebat di pernikahan, tak diukur dari tingkat kepintaran jenjang pendidikan. Sama sekali tidak dipengaruhi, oleh kemolekan paras atau perawakan badan. Dan sangat tidak tergantung, pada tingkat strata sosial seseorang.

Siapapun tanpa pandang bulu, siapapun tanpa peduli latar belakang kehidupan. Sangat bisa menghebat dan dihebatkan, dari menjalani sakral-nya pernikahan. Yaitu mereka yang teguh pada komitmen, mereka bersetia pada janji ijab pernah diikrarkan.

Orang-orang hebat, yang dibentuk oleh kehidupan dan pernikahan itu sendiri. Mereka yang tidak mudah mengeluh, karena sepenuhnya mengenggam keyakinan. Bahwa dari pernikahan, sangat bisa menjadi jalan penghambaan. Bahwa menikah adalah syariat, yang nikmatnya dirasakan orang yang taat.

Karena jika pernikahan itu mudah, Allah tak menjadikannya separuh agama.

-----

Anas meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang laki-laki menikah, maka ia telah menunaikan separuh agamanya, maka biarlah dia bertakwa kepada Allah mengenai separuh sisanya," Baihaqi diriwayatkan dalam Shu'ab al-iman.

Saya pernah merenungi, tentang satu hal yang mengusik benak. Soal mengapa, menikah bisa disetarakan dengan menunaikan separuh agama. Kemudian setelah membaca beberapa sumber, terkuak pencerahan soal separuh agama ini.

Bahwa di hidup ini, ada perbuatan yang dikategorikan dosa besar (dari norma agama). Kemudian disaat bersamaan, menikah bisa menjadi sebab dosa itu dileburkan. Bahkan dosa besar itu, bisa berubah menjadi ladang pahala dengan menikah.

Adalah berhubungan badan, akan menjadi zina jika dilakukan pasangan belum menikah. Dosa berzina termasuk dosa besar, bisa ditebus dengan taubat nasuha oleh pelakunya. Anak dari hasil berzina, tidak berhak memakai nama "bin/ binti" dari laki-laki yang menghamili ibunya.

Cukuplah dengan prosesi ijab kabul, maka hubungan badan suami istri menjadi syah dan halal hukumnya. Nazab anak menjadi jelas, berhak mendapatkan "bin/binti" dengan nama ayahnya. Sangat mungkin, melahirkan keturunan yang soleh solehah---insyaallah, aamiin.

Menikah, berarti membentengi diri dari zina kemaluan. Dengan menikah, maka seorang pemuda telah menjaga kemaluannya. Kemudian tinggal separuhnya, adalah menjaga syariat agama yang selebihnya.

Hadist ini menunjukkan, dorongan sangat kuat untuk menikah. Agar seseorang terbebas, dari dosa yang diakibatkan zina kemaluan.

Jika Pernikahan Itu Mudah Tak'kan Menyepadankannya dengan Separuh Agama

dokpri
dokpri

Kompasianer's, jika ada yang punya tujuan menikah untuk bahagia. Please, sebaiknya ditinjau ulang pikiran semacam itu. Karena tidak menikah dan atau menikah, kehidupan akan tetap melaju dengan jalan-jalan berlikunya.

Benar di awal pernikahan, ada masa bulan madu yang melambungkan mimpi. Istri diperlakukan bak bidadari, dipuja puji dengan kalimat manis sang suami. Demikian pula suami, dirajakan dengan segala pelayanan sang istri. Kemana pergi selalu berdua, seolah lengketnya kayak perangko.

Namanya bulan madu, ada masanya akan selesai juga. Setelah kembali ke kehidupan normal, suami istri dihadapkan pada kenyataan keseharian.  Suami punya kewajiban mencari nafkah, berjibaku dengan tantangan sepanjang hari.

Mulai direpoti urusan membeli beras dan minyak, agar asap dapur tetap terus ngebul. Dikejar deadline tagihan listrik bulanan, membayar iuran lingkungan, pajak ini dan itu. Perlahan tapi pasti, sifat asli suami istri akan mulai terkuak.

Saat istri hamil akan ada kebutuhan baru, yaitu biaya kontrol dokter dan membeli vitamin yang tidak murah. Susu ibu hamil sesuai umur kehamilan, mahalnya juga membuat kening berkerut.

dokpri
dokpri

Setelah mempunyai anak, tantangan semakin bertambah-tambah. Kebutuhan perlengkapan bayi, membutuhkan budget tersendiri. Kemudian setelah anak masuk usia sekolah, akan ada lagi tantangan dalam bentuk lain.

Sedemikian challenging-nya menikah, membutuhkan energi dan stamina prima. Suami istri musti saling menguatkan, agar tetap seiring dan mengikat kuat komitmen. Apalagi setalh ada anak, mereka menjadi prioritas.

Dengan demikian, suami istri akan menemukan rasa bahagia dalam sudut pandang yang lain. Bahagia yang lahir dan tumbuh, dari sikap mengalah dan meniadakan ego diri. Dan setidak mudah itu menikah, sehingga Allah menyepadankannya (menikah) dengan separuh agama.

Sekali lagi, saya sepakat bahwa menikah itu berat. Tetapi beratnya akan luntur, setelah paham menikah disepadankan dengan separuh agama. Dan yakinkah, bahwa tantangan pernikahan niscaya akan menghebatkan pelakunya. - wallahu 'alam bishowab- semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun