Sedemikian challenging-nya menikah, membutuhkan energi dan stamina prima. Suami istri musti saling menguatkan, agar tetap seiring dan mengikat kuat komitmen. Apalagi setalh ada anak, mereka menjadi prioritas.
Dengan demikian, suami istri akan menemukan rasa bahagia dalam sudut pandang yang lain. Bahagia yang lahir dan tumbuh, dari sikap mengalah dan meniadakan ego diri. Dan setidak mudah itu menikah, sehingga Allah menyepadankannya (menikah) dengan separuh agama.
Sekali lagi, saya sepakat bahwa menikah itu berat. Tetapi beratnya akan luntur, setelah paham menikah disepadankan dengan separuh agama. Dan yakinkah, bahwa tantangan pernikahan niscaya akan menghebatkan pelakunya. - wallahu 'alam bishowab- semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H