Jujurly, nama selebgram ini belum terlalu akrab di telinga saya. Bisa jadi, saya yang kurang update. Atau terkenalnya nama ini, karena blow up kasus yang tidak saya minati. Makanya  saya enggan mengetahui lebih jauh, apa dilakukan selebgram dibahas.
Kita memang tidak bisa, melarang orang memposting kabar perceraian atau perselingkuhan. Kita tidak mampu, mencegah para suami berlaku KDRT. Kita tidak punya kuasa, merukunkan suami istri sedang berselisih.
Tetapi ada yang kita bisa, yaitu memlilih sikap merespon hal di luar diri. Terhadap kejadian tak menguntungkan, kita bisa memilih tidak ikut campur. Atau pada berita perselisihan artis, tidak guna kepo terlalu jauh.
Selama keputusan orang lain (termasuk yang viral), tidak ada sangkut paut atau mempengaruhi hidup kita.
Inspirasi Sonny dan Fairuz di Tengah Riuh KDRT di Medsos
Sebagai gen X, saya merasa sangat beruntung. Berkesempatan, mengikuti keriuhan era digital yang luar biasa. Pekerjaan saya, tak lepas dengan internet terkhusus medsos.
Diamanahi membuat konten (foto/video/ artikel), kemudian diposting dan dishare di medsos. Menuntut saya update, pada kejadian berseliweran di beberapa platform.
Kisah suami istri (Sonny Fairus), termasuk yang fyp di medsos. Begitu menyedot perhatian publik, termasuk saya yang salut pada sikap suami istri ini.  Terlepas kekurangan sebagai manusia, menurut saya jiwa keaayahan Sonny bisa dijadikan referensi.
Dari awal menikah, Sonny yang bujang cukup dekat dengan anak sambung (anak Fairus dari pernikahan sebelumnya). Saking sayangnya, bahwa anak tiri itu hanya istilah, benar adanya. Si anak yang telah usia SMP, sangat terpukul mengetahui ayah (sambungnya) sakit parah.
Fairus total merawat sang suami, mengurusi dari A-Z. Di beberapa cuplikan video, yang kemudian diposting ulang akun-akun besar. Fairus dengan mata sembab, berujar tak menikah kalaupun (amit-amit) Sonny meninggal karena sakitnya.
Menurut Fairus, yang pernah mengalami kegagalan berumah tangga. Di pernikahan kedua, dia merasa menemukan kebahagiaan yang sungguh. Bahagia dirasakan, tidak dari harta berkelebihan.