Belakangan saya semakin mengamini, bahwa semua pernak dilakukan akan kembali ke pelakunya. Apa yang dulu pernah saya persangkakan (pada orang lain), kini menerima jawaban. Yaitu mengalaminya sendiri, berada diposisi seperti orang saya sangkakan.
Sungguh sebuah effort yang tidak mudah, ketika berada diposisi tak nyaman. Saya seperti menelan bulat-bulat, pikiran perkataan pun persangkaan sendiri.
Benar-benar menjadi pelajaran berharga, untuk tidak gampang berprasangka (apalagi prasangka buruk). Sebaik-baik pesangkaan, adalah khusnudhon (berprasangka baik). Agar hal baik itu, akan kembali pada diri sendiri.
Usia 40 Tahun adalah Usia Peringatan
Sesungguhnya tulisan ini, ditujukan untuk diri sendiri. Sebagai nasehat, sekaligus pengingat agar tidak jumawa. Bahwa segala yang sia-sia, sebaiknya segera disudahi. Apalagi di usia 40 tahun, usia yang sudah saatnya memilih prioritas yang pasti. Perihal kebaikan diri, tentang apa yang akan ditinggalkan kelak (setelah tiada).
Cukuplah sudah ego diumbar dan dimanjakan, sudah bukan waktu mencari pengakuan. Karena setiap detik, sedemikian berharganya. Kalau digunakan, untuk mengejar ketidakpastian.
Usia 40 tahun adalah usia peringatan. Telah banyak jatah usia dilewatkan, kini tinggal menjalani sisanya saja. Yang namanya sisa, dijamin tidak sebanyak yang telah dilewatkan.
Karena patokan itu usia Kanjeng nabi 63 tahun, maka di usia 40-an tinggal 20 tahun bahkan kurang waktu yang ada. Dan sepuluh atau duapuluh tahun, kalau dijalani tidaklah terasa. Mari, kita berusaha menjadi orang beruntung. Menangkap peringatan itu, sebagai masa memperbaiki diri.
Semoga bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI