Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Jalan Ninjaku Mewujudkan Toleransi

31 Maret 2024   16:29 Diperbarui: 31 Maret 2024   16:32 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
narsum Fami di Dubai/dok. pri

Kisah toleransi ini, terjadi saat angka covid sedang naik-naiknya. Saya dan teman-teman, menggawangi komunitas Kompasianer's Tangerang Selatan Plus (Ketapels). Kami mencari cara, agar komunitas tetap punya kegiatan meskipun tanpa berkumpul.

Tercetus ide membuat kegiatan online, berupa obrolan komunitas. Ketika itu menggunakan platform youtube, menghadirkan narsum Kompasianer's yang tinggal di luar negeri. Kami memutar otak, agar kegiatan bisa berjalan sesimple mungkin.

Teknisnya saya kirim email berisi daftar pertanyaan, narsum menjawab dengan merekam dirinya di video. Kami admin menjadi pewawancara, merekam diri membaca pertanyaan. Kemudian dua video dirender, seolah wawancara langsung jarak jauh.

Tak berhenti sampai di situ, pengurus komunitas berkreasi dengan kegiatan yang lain. Kami namai Anjangsana Ketapels, yaitu mengunjungi tempat ibadah di daerah Tangerang Selatan. Menyumbang sabun cuci cair, benda yang sangat dibutuhkan di masa itu.

Berkegiatan di tengah masa pandemi, tentu ada saja banyak tantangannya. Karena ada keterbatasan ke luar rumah, maka terbit pelarangan kegiatan berpotensi menimbulkan kerumunan. Sehingga mau tak mau, saya melakukan sendiri. Dari belanja sabun cuci, mencari tempat ibadah sampai menyerahkan sumbangan.

---


Di program obrolan komunitas, kami para admin bisa kolaborasi. Misalnya admin A ditunjuk sebagai pewawancara, di episode pertama. Kemudian di episode berikutnya, ganti admin yang lain. Di awal program, saya bertindak sendiri juga. Baru di episode ket empat/ lima, saya sebagai konseptor bertugas di belakang layar.

Dan respon Kompasianer's di luar negeri sangat membungahkan. Mbak Dina di Perancis, Mas Dhany di Hongkong, mas Fahmi di Dubai, Mbak Evelyn di Turki, Mas Iswadi di Roma Italy. Mereka sangat korporatif, manut dengan jadwal saya tetapkan.

Tema diangkat kala itu, tentang keadaan pandemi di kota meraka tinggal. Kondisinya nyaris sama, pemberlakuan PPKN sama seperti di Indonesia.

Nah, untuk program anjangsana Ketapels. Mau tak mau, musti dikerjakan secara offline. Ketika itu dana komunitas yang tidak banyak, disisihkan sebagian untuk kegiatan ini. Masa pandemi, sangat dianjurkan menjaga kebersihan tangan. Ketika itu, masker menjadi barang langka dan mahal. Salah satu admin komunitas, tercetus ide berbagi sabun cuci tangan. 

Harga satu botol di kisaran duapuluh ribu, masih lumayan terjangkau dengan kas komunitas. Saya masih ingat, kegiatan perdana berbagi sabun cuci tangan. Dana dua ratus ribu dianggarkan, saya belikan sepuluh botol sabun cuci tangan. 

Saya sekaligus membagikan, ke lima mushola deket rumah saya. Setiap musholla mendapat dua botol, saya datang dadakan sekalian sholat ashar berjamaah.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Setelah diposting di medsos dibuatkan artikel di Kompasiana, ternyata memantik donatur ikut serta. Meski tidak banyakjumlahnya, alhamdulillah ada dana untuk melanjutkan kegiatan ini. Barulah terpantik ide, mendatangi rumah ibadah lintas agama.

Di program Anjangsana periode kedua, saya mendatangi Gereja Immanuel di Bintaro lanjut ke Pura di daerah Rengas Ciputat. Keesokan harinya, membagikan sabun cuci tangan ke klenteng di Pondok Cabe. Sekalian ke Vihara Avalokitesvara, yang lokasinya bersebelahan dengan klenteng.

Admin yang lain turut beranjangsana, ketika ada dana tambahan. Kali ini membagikan ke Pura di BSD City, di lain hari ke Masjid dan Mushola di Pondok Benda Pamulang.

Pura di Ciputat- dokpri
Pura di Ciputat- dokpri

Saat itu, sedang ketat-ketatnya pembatasan berkerumun. Ketika datang ke setiap rumah ibadah, suasananya sangat lengang. Kalaupun ada peribadatan, hanya dihadari jamaah dalam jumlah terbatas. Sementara jamaah lain, mengikuti peribadatan secara online.

Tampak senyum sumringah, di wajah pengurus rumah ibadah. Mereka bertanya perihal komunitas, dan tentunya menghaturkan terima kasih. Dan saya sangat bahagia, upaya kecil itu mendapatkan respon baik dari teman-teman. Terlebih teman-teman non muslim, yang tampak sangat senang dengan kegiatan komunitas itu.

Saya sempat diajak berkolaborasi, dengan komunitas yang memiliki anggaran banyak. Mengadakan kegiatan serupa, dengan jangkauan lebih luas. Kami sadar diri akan terbatasnya dana, maka kami menyanggupi sesuai kapasitas. Saya membantu membuatkan artikel, untuk kegiatan berbagi dalam skala lebih besar. 

Kalau menengok ke belakang, saya baru tersadarkan. Bahwa kegiatan anjangsana Ketapels, menjadi wujud dari toleransi . Sekaligus menjadi jalan ninjaku, mewujudkan toleransi.

dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun