Selamat berpuasa Kompasianer's, semoga shaum teman-teman berjalan lancar. Saya sangat mengamini dan mengimani, bahwa Ramadan bulan penuh keberkahan. Saat yang tepat, untuk belajar lebih mengilmui diri. Menjadikan waktu demi waktu di bulan suci, dengan sebaik-baik kegiatan.
Ramadan hanya berlangsung tigapuluh hari, jadi jangan disia-siakan meski sehari. Tidak hanya meningkatkan ibadah badani, seperti sholat, mengaji, bersholawat dan semisalnya. Tetapi juga ibadah hati, misalnya dengan berbaik sangka, berlaku jujur, tidak khianat, dan lain sebagainya.
Ibadah jasmani dan rohani, musti seiring sejalan. Agar keseimbangan itu terjaga, selayaknya kehidupan di dunia fana. Dan perbaikan diri, musti dilakukan dari segala aspek. Diantaranya selektif memilih dan memilah kegiatan, agar terhindar dari ke-mudhorot-an.
Rasanya akan lebih afdhol, kalau bulan mulia diisi kegiatan produktif sekaligus bermanfaat. Kalau dipikir-pikir, saya sendiri telah membuang waktu dengan kegiatan sia-sia.
Soal bukber (buka puasa bersama), kegiatan yang marak diadakan di bulan Ramadan. Kalau bukber di rumah dengan keluarga, atau dengan saudara mungkin sudah umum. Saya hampir saban hari, bukber dengan istri dan anak-anak.
Semasa bujang, saya lumayan sering ikut bukber. Mulai dengan teman kantor, dengan teman satu kost-an, dengan teman-teman komunitas, dan lain sebagainya. Â Termasuk bukber dengan teman-teman lawas, yaitu teman di awal merantau di Jakarta.
Kami orang daerah, terhitung dua puluh tahun lebih berkawan. Tidak semua bisa datang, tetapi cukup mewakili untuk geng dari Surabaya. Kalau sesekali bukber sih oke, tapi kalau keseringan jadinya kurang afdhol.
Menurut saya nih, Â kegiatan bukber (sebagian) mulai bergeser esensinya. Saya mengalami dan merasakan sendiri, acara bukber tidak seperti di benak saya. Membuat saya berpikir ulang, untuk mengiyakan ajakan bukber.
Lagi-lagi, kalau sesekali tidaki masalah. Tapi kalau dua tiga kali, saya memilih tidak ikut.