Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menikah Itu tentang Mempertahankan Komitmen

17 Januari 2024   09:11 Diperbarui: 17 Januari 2024   16:04 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya punya beberapa nama penyanyi favorit, yang karyanya cukup unik. Unik dari segi pemilihan liriknya, pemilihan temanya atau pemilihan nada. Bisa dibilang mereka penyanyi angkatan 2010 ke atas, dengan skill berkesenian yang anti mainstrem.

Kompasianer yang mengikuti musik, mungkin tak asing dengan nama Nadin Amizah, Sal Priyadi, Fiersa Besari, Ardhito Pramono, Hanin Dhiya, Yura Yunita dan beberapa nama lainnya. Mendengar lagu-lagu mereka, saya seperti diajak melihat satu hal dari sudut pandang berbeda.

Khusus nama Sal Priyadi, saya kagum dengan beberapa karyanya. Karya yang terinspirasi dari hal-hal sederhana, dari kejadian di keseharian yang bisa dialami oleh siapapun. Misalnya lagu "Besok Kita Makan", berkisah ajakan makan bersama. Pada orang terkasih, setelah bekerja keras mengerahkan sepenuh energi.

Kemudian ada lagu duet Sal dengan Nadin, yang berjudul "Amin Paling Serius". Bagi saya liriknya luar biasa dahsyat, tentang mengamini sebuah pengharapan yang sungguh-sungguh. Kata-kata dipilih cukup puitis, bisa melahirkan penafsiran yang luas.

----

Milyar-milyar, juta-juta

Ratus-ratus sekian,

Kemungkinan orang di dunia

Kamu dapatnya aku

Tampang tak seberapa

Keren juga relatif

Tapi masalah funny

boleh skill itu diadu

(lagu - Serta Mulia)

Pagi ini sembari nyruput teh anget, saya ketemu lagu unik berjudul "Serta Mulia". Lagu milik Sal Priyadi, yang temanya sederhana tapi digarap sangat unik. Yaitu di hari ulang tahun pasangan, setelah menjalani kehidupan bersama dalam waktu panjang.

Saya yang penasaran, langsung mencari informasi lebih jauh lagu ini. Mulai dari mendengarkan satu lagu utuh, dari awal hingga habis. Termasuk menikmati lirik, yang (lagi-lagi) sangat unik dan simple. Tak ayal pemilihan melodi, juga tidak seperti lagu pada lazimnya. -- bener-bener keren.

Kemudian ada satu video, si penulis lagu menceritakan behind the song. Sehingga lagu "serta mulia" tercipta, dan ternyata sangat menarik pemikiran dan perhatian saya.

Saya mencoba menerjemahkan, penjelasan Sal Priyadi dengan bahasa saya di tulisan ini. Penjelasan yang sangat masuk akal, dan memicu saya berpikir lebih dalam.

-----

Kompasianer's.

Sangat mungkin kali pertama bersua seseorang, kita akan tertarik pada tampilan fisiknya. Hal yang sangat manusiawi, karena manusia terdiri dari fisik (raga) dan jiwa (rohani). Kemudian terpantik keinginan ngobrol, selanjutnya ingin mengenali lebih jauh.

Pada tahap permulaan bisa jadi kita sangat jaim, berusaha tampil dan bersikap sebaik mungkin. Ketertarikan pada hal fisik mendominasi, didukung sikap yang sedemikian baik selalu diperlihatkan. Biasanya di pihak laki-laki, berinisiatif datang ke rumah ketemu orangtua.

Meminta ijin untuk hidup bersama, dengan anak perempuan si tuan rumah. Meyakinkan dengan sepenuh upaya, agar keinginan tulus itu dikabulkan. Ayah dan ibu akhirnya luluh, ketika gadis kesayangannya merajuk.

Awal menikah akan menjadi masa bulan madu, menjadi masa masa yang begitu indah. Hari-hari menjadi saat berkasih mesra, termasuk meluapkan "nafsu". Ketika itu berhubungan suami istri, sudah menjadi bagian dari ibadah.

dokpri
dokpri

Ketika waktu terus bergerak, anak-anak hadir dan tumbuh dari hari pernikahan. Maka perlahan tapi pasti, urusan keseharian sudah mulai bergeser.

Kepikiran menabung yang banyak, untuk membeli rumah tinggal, melunasi tagihan bulanan listrik dan air, membeli beras, minyak, gula dan gas, membayar sekolah anak. Kebutuhan keseharian yang menguras pikiran, sudah membutuhkan energi tersendiri.

Maka urusan bermesra-mesraan (suami istri) mulai bergeser, bahwa ada hal lain lebih membutukan konsentrasi. Bahwa berhubungan suami istri, menjadi kebutuhan dengan skala diturunkan. Kalau di awal menikah bisa sangat sering, maka mulai dijadwalkan.

Pada pernikahan dengan usia panjang, suami dan atau istri sudah saling mengenal luar dalam. Mulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil, yang terkesan biasa tetapi mengesalkan. Seperti malas gosok gigi, sering lupa menyiram bekas pipis, dan seterusnya dan seterusnya.

Pernikahan dengan usia panjang, tentu pelakunya bukan orang yang sembarangan. Mereka orang-orang, yang berhasil berdamai dengan 'aib' pasangan. Telah terbukti menerima sepenuhnya, keburukan dan semengesalkan apapun sikap atau kondisi itu.

Menurut Sal Priyadi, di fase ini menikah itu tentang mempertahankan komitmen. Ya, komitmen sebagai suami istri, komitmen yang pernah diikrarkan di ijab kabul.

sumber gambar ; madina.com
sumber gambar ; madina.com

Komitmen yang ideal, adalah komitmen yang dijalankan dua belah pihak. Maka suami dan istri, perlu sama-sama terus belajar dan meng-upgrade ilmu berumah tangga. Ketika komitmen itu dipegang teguh, maka segala uji coba akan dilalui bersama.

Bahwa dari memegang komitmen, akan melahirkan sikap saling memaafkan. Menerima kekurangan masing-masing, menerima kepahitan yang dialami beriringan. Saling menguatkan ketika masa keterpurukan tiba, sembari optimis kan datang masa kebangkitan.

Kompasianer's, salam damai dan sehat untuk keluarga kalian. Semoga langgeng, sakinah mawadah warohmah. Aamiin.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun