Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menikah Itu tentang Mempertahankan Komitmen

17 Januari 2024   09:11 Diperbarui: 17 Januari 2024   16:04 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasianer's.

Sangat mungkin kali pertama bersua seseorang, kita akan tertarik pada tampilan fisiknya. Hal yang sangat manusiawi, karena manusia terdiri dari fisik (raga) dan jiwa (rohani). Kemudian terpantik keinginan ngobrol, selanjutnya ingin mengenali lebih jauh.

Pada tahap permulaan bisa jadi kita sangat jaim, berusaha tampil dan bersikap sebaik mungkin. Ketertarikan pada hal fisik mendominasi, didukung sikap yang sedemikian baik selalu diperlihatkan. Biasanya di pihak laki-laki, berinisiatif datang ke rumah ketemu orangtua.

Meminta ijin untuk hidup bersama, dengan anak perempuan si tuan rumah. Meyakinkan dengan sepenuh upaya, agar keinginan tulus itu dikabulkan. Ayah dan ibu akhirnya luluh, ketika gadis kesayangannya merajuk.

Awal menikah akan menjadi masa bulan madu, menjadi masa masa yang begitu indah. Hari-hari menjadi saat berkasih mesra, termasuk meluapkan "nafsu". Ketika itu berhubungan suami istri, sudah menjadi bagian dari ibadah.

dokpri
dokpri

Ketika waktu terus bergerak, anak-anak hadir dan tumbuh dari hari pernikahan. Maka perlahan tapi pasti, urusan keseharian sudah mulai bergeser.

Kepikiran menabung yang banyak, untuk membeli rumah tinggal, melunasi tagihan bulanan listrik dan air, membeli beras, minyak, gula dan gas, membayar sekolah anak. Kebutuhan keseharian yang menguras pikiran, sudah membutuhkan energi tersendiri.

Maka urusan bermesra-mesraan (suami istri) mulai bergeser, bahwa ada hal lain lebih membutukan konsentrasi. Bahwa berhubungan suami istri, menjadi kebutuhan dengan skala diturunkan. Kalau di awal menikah bisa sangat sering, maka mulai dijadwalkan.

Pada pernikahan dengan usia panjang, suami dan atau istri sudah saling mengenal luar dalam. Mulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil, yang terkesan biasa tetapi mengesalkan. Seperti malas gosok gigi, sering lupa menyiram bekas pipis, dan seterusnya dan seterusnya.

Pernikahan dengan usia panjang, tentu pelakunya bukan orang yang sembarangan. Mereka orang-orang, yang berhasil berdamai dengan 'aib' pasangan. Telah terbukti menerima sepenuhnya, keburukan dan semengesalkan apapun sikap atau kondisi itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun