Kompasianer's.
Sangat mungkin kali pertama bersua seseorang, kita akan tertarik pada tampilan fisiknya. Hal yang sangat manusiawi, karena manusia terdiri dari fisik (raga) dan jiwa (rohani). Kemudian terpantik keinginan ngobrol, selanjutnya ingin mengenali lebih jauh.
Pada tahap permulaan bisa jadi kita sangat jaim, berusaha tampil dan bersikap sebaik mungkin. Ketertarikan pada hal fisik mendominasi, didukung sikap yang sedemikian baik selalu diperlihatkan. Biasanya di pihak laki-laki, berinisiatif datang ke rumah ketemu orangtua.
Meminta ijin untuk hidup bersama, dengan anak perempuan si tuan rumah. Meyakinkan dengan sepenuh upaya, agar keinginan tulus itu dikabulkan. Ayah dan ibu akhirnya luluh, ketika gadis kesayangannya merajuk.
Awal menikah akan menjadi masa bulan madu, menjadi masa masa yang begitu indah. Hari-hari menjadi saat berkasih mesra, termasuk meluapkan "nafsu". Ketika itu berhubungan suami istri, sudah menjadi bagian dari ibadah.
Ketika waktu terus bergerak, anak-anak hadir dan tumbuh dari hari pernikahan. Maka perlahan tapi pasti, urusan keseharian sudah mulai bergeser.
Kepikiran menabung yang banyak, untuk membeli rumah tinggal, melunasi tagihan bulanan listrik dan air, membeli beras, minyak, gula dan gas, membayar sekolah anak. Kebutuhan keseharian yang menguras pikiran, sudah membutuhkan energi tersendiri.
Maka urusan bermesra-mesraan (suami istri) mulai bergeser, bahwa ada hal lain lebih membutukan konsentrasi. Bahwa berhubungan suami istri, menjadi kebutuhan dengan skala diturunkan. Kalau di awal menikah bisa sangat sering, maka mulai dijadwalkan.
Pada pernikahan dengan usia panjang, suami dan atau istri sudah saling mengenal luar dalam. Mulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil, yang terkesan biasa tetapi mengesalkan. Seperti malas gosok gigi, sering lupa menyiram bekas pipis, dan seterusnya dan seterusnya.
Pernikahan dengan usia panjang, tentu pelakunya bukan orang yang sembarangan. Mereka orang-orang, yang berhasil berdamai dengan 'aib' pasangan. Telah terbukti menerima sepenuhnya, keburukan dan semengesalkan apapun sikap atau kondisi itu.