Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Dinyinyirin Emak-Emak Ngonten

15 Januari 2024   09:58 Diperbarui: 15 Januari 2024   10:26 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianer, dunia medos bisa menjadi (semacam) miniatur dinamisnya hidup. Semua tren dan kejadian viral, bisa didapatkan di time line medsos. Orang yang tadinya bukan siapa-siapa, bisa mendadak terkenal. Yang sebelumnya orang biasa-biasa saja, tiba-tiba menjadi selebritis dadakan.

Tapi namanya tren dan atau viral, biasanya umurnya tidak panjang. Akan dengan cepat, digantikan oleh tren berikutnya. Tinggal bagaimana seseorang mengelola keviralan, agar berlangsung tidak sebentar lalu menghilang. Pada titik ini dibutuhkan usaha tidak sedikit, perlu strategi dan kesungguhan berproses.

-----

"Aa'.. kasian a', aa' kasian a'"

Sekarang sedang ramai, video ibu- ibu yang peminta-minta (gambar di atas). Si ibu menyodorkan baskom plastik, kepada setiap kendaraan yang melintas di depannya. Ketika jendela kaca mobil dibuka, baskom disodorkan sambil berucap"aa', kasian a'". Aa' adalah sapaan atau pangilan pada laki-laki, biasa diucapkan oleh orang Sunda.

Namanya sedang ngetren, maka banyak akun yang memparadokin konten tersebut. Mulai dari akun centrang biru, sampai akun dengan sedikit follower. Mereka berkreasi, dengan mengubah sedikit kata sesuai isi kontennya.

Misalnya ada konten, seorang mahasiswa yang menyetop mobil dosen pembimbing. Kemudian menyodorkan draft skripsi untuk ditanda tangani, sembari mengucapkan "Paak, Acc Paak", "Paak, Acc Paak".

Ada lagi konten semisal,  kali ini istri nyanggongi suami sepulang kerja. Mobil suami yang mau masuk garasi, dicegat istri yang membawa wadah. Lagi-lagi sambil mengucapkan, "Aa', kasian a'", "Aa', kasian a'".

Demikianlah dunia medsos yang sangat random, hal-hal yang tidak disangka-sangka, justru bisa meledak dan viral. Dari hanya ucapan "Becandyaaa- becandyaa", joget-joget lagu yang booming, atau hal-hal lain yang terkesan biasa-biasa saja.

Kita seperti di kondisi "mau tak mau", harus menikmati atau tidak sama- sekali (artinya ketinggalan tren). Karena masa sekarang, berlaku hal-hal yang demikian tidak tertebak. Bahwa setiap masa, memiliki kebiasaan yang berbeda. 

Jangan Dinyinyirin Emak- Emak Ngonten

dokpri
dokpri

Kini ada fenomena baru, emak-emak yang ngonten. Saya belum tahu persis seperti apa kontenya, kebetulan belum lewat di beranda medsos saya. Tetapi ada komentar dari penulis terkenal, yang membuat saya penasaran.

Ada ungkapan dari penulis, justru membuat saya mendapatkan pencerahan. Komentar yang tidak memojokkan, tetapi mengajak melihat behind the scene of konten. Dan diam-diam, saya setuju dengan pandangan tersebut.

"Sebaiknya kita menahan jari untuk tidak julid pada perjuangan mereka. Kita ngga tahu keseharian mereka, harapan mereka, perjuangan mereka bertahan hidup. Satu yang saya yakin, Allah hanya memerintahkan kita untuk bekerja, soal urusan rejeki dari mana itu adalah keputusan Allah. 

Yang sering saya lakukan sebagai freelancer adalah bekerja saja, nanti Allah kasih bayaran entah dari pekerjaan yang kita lakukan atau dari arah lain yang tidak kita duga. 

Dst..dst

Bukan soal urusan konten saja. Pernah juga saya sibuk kerjain pekerjaan-pekerjaan sosial seputar Paud dan perpustakaan mini yang gaji sebulan hanya 200 ribu saja. Seharga biaya makan saya sekeluarga dalam sehari, tapi saya lakoni dengan prinsip di atas. 

Kerja saja, nanti Allah yang bayar. Alhasil ada saja job job mudah dengan honor besar atau rejeki dari hal lain. 

Jadi biarkan saja emak-emak yang sedang "bekerja" ngonten itu. Selama niat mereka memang bekerja dan meraih ridho Allah."

tangkapan layar- dokpri
tangkapan layar- dokpri

Saya membacara tulisan sang penulis di medos, ketika sedang duduk di kursi di bus Transjakarta. Meski di kalender tanggalnya warna merah, saya punya pekerjaan ngonten di sebuah Mall. Untuk menuju lokasinya, saya pindah tiga moda transportasi umum.

Dan saya langsung terhenyak, meluruskan niat setelah membaca tulisan tersebut. Bahwa yang sedang lakukan, musti diniatkan bekerja untuk menafkahi anak dan istri. Bahwa konten video tersebut, sebagai pembuktian bahwa saya bekerja.

Seya tidak peduli, apakah videonya akan viral atau FYP. Bahkan saya tidak peduli, kalupun konten itu muncul sesaat dan menghilang. Sungguh, saya hanya ingin ngonten dan bekerja sesuai kebisaan saya.

Urusan konten itu akan menginsiprasi orang, atau tidak dilirk sama sekali, bukan urusan saya. Toh, tugas saya adalah bekerja. Hasil dari pekerjaan itu, biarlan Sang Khaliq yang menentukan.

Maka sikap saya, sama dengan penulis pemilik status panjang di medsos beliau. Yaitu memilih menahan jari, tidak ikutan julid terhadap emak-emak yang ngonten.

Karena kita tidak tahu, apa yang sedang berkecamuk di setiap benak orang. Bisa jadi keputusan membuat konten, menjadi pelarian atau cara seseorang bertahan. Agar hidup yang sedang banyak beban, sejenak teralihkan melalui hal lain (atau ngonten). -- Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun