Kini ada fenomena baru, emak-emak yang ngonten. Saya belum tahu persis seperti apa kontenya, kebetulan belum lewat di beranda medsos saya. Tetapi ada komentar dari penulis terkenal, yang membuat saya penasaran.
Ada ungkapan dari penulis, justru membuat saya mendapatkan pencerahan. Komentar yang tidak memojokkan, tetapi mengajak melihat behind the scene of konten. Dan diam-diam, saya setuju dengan pandangan tersebut.
"Sebaiknya kita menahan jari untuk tidak julid pada perjuangan mereka. Kita ngga tahu keseharian mereka, harapan mereka, perjuangan mereka bertahan hidup. Satu yang saya yakin, Allah hanya memerintahkan kita untuk bekerja, soal urusan rejeki dari mana itu adalah keputusan Allah.Â
Yang sering saya lakukan sebagai freelancer adalah bekerja saja, nanti Allah kasih bayaran entah dari pekerjaan yang kita lakukan atau dari arah lain yang tidak kita duga.Â
Dst..dst
Bukan soal urusan konten saja. Pernah juga saya sibuk kerjain pekerjaan-pekerjaan sosial seputar Paud dan perpustakaan mini yang gaji sebulan hanya 200 ribu saja. Seharga biaya makan saya sekeluarga dalam sehari, tapi saya lakoni dengan prinsip di atas.Â
Kerja saja, nanti Allah yang bayar. Alhasil ada saja job job mudah dengan honor besar atau rejeki dari hal lain.Â
Jadi biarkan saja emak-emak yang sedang "bekerja" ngonten itu. Selama niat mereka memang bekerja dan meraih ridho Allah."
Saya membacara tulisan sang penulis di medos, ketika sedang duduk di kursi di bus Transjakarta. Meski di kalender tanggalnya warna merah, saya punya pekerjaan ngonten di sebuah Mall. Untuk menuju lokasinya, saya pindah tiga moda transportasi umum.
Dan saya langsung terhenyak, meluruskan niat setelah membaca tulisan tersebut. Bahwa yang sedang lakukan, musti diniatkan bekerja untuk menafkahi anak dan istri. Bahwa konten video tersebut, sebagai pembuktian bahwa saya bekerja.
Seya tidak peduli, apakah videonya akan viral atau FYP. Bahkan saya tidak peduli, kalupun konten itu muncul sesaat dan menghilang. Sungguh, saya hanya ingin ngonten dan bekerja sesuai kebisaan saya.
Urusan konten itu akan menginsiprasi orang, atau tidak dilirk sama sekali, bukan urusan saya. Toh, tugas saya adalah bekerja. Hasil dari pekerjaan itu, biarlan Sang Khaliq yang menentukan.
Maka sikap saya, sama dengan penulis pemilik status panjang di medsos beliau. Yaitu memilih menahan jari, tidak ikutan julid terhadap emak-emak yang ngonten.
Karena kita tidak tahu, apa yang sedang berkecamuk di setiap benak orang. Bisa jadi keputusan membuat konten, menjadi pelarian atau cara seseorang bertahan. Agar hidup yang sedang banyak beban, sejenak teralihkan melalui hal lain (atau ngonten). -- Semoga bermanfaat.