Teman-teman Kompasianer's, mungkin pernah di fase hidup penuh keprihatinan. Musti berhemat sebisanya, agar tetap bertahan dari hari ke hari. Menahan diri membeli ini dan itu, agar setidaknya tetap bisa makan. Dan pengalaman- pengalaman pahit lain, yang membuat merasa nelangsa.
Pun saya, tak luput dari kejadian memilukan. Yaitu berada di fase kejatuhan, mencoba bangkit, tersungkur terpuruk, kemudian berusaha bangkit, bertahan mesti tampaknya stuck.
Saya juga pernah di fase, yang dikerjakan mendapat apresiasi tak dinyana. Sebagai marketing berhasil mencapai target perusahaan, bahkan tiga tahun berturut-turut melampaui. Bisa membeli kebutuhan utama keluarga, yaitu tempat tinggal impian.
Begitulah sunatullah kehidupan diberlakukan, semua keadaan ganti berganti dan dipergilirkan. Semua keadaan tak lebih sebagai ujian, menjadi ajang memroses manusia.
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar" (Al Baqarah ; 155)
Karena Perjuangan Sesungguhnya adalah Siapa yang Tahan Bersabar
Entahlah, bagaimana suami istri ini melampaui ujiannya. Saya tidak terlalu mengikuti, kecuali sesekali mendengar atau mendapat cerita. Â Saya juga sedang focus ke keluarga, menghadapi tantangan hidup sendiri.
Ketika itu pandemi baru saja melanda, tantangan pencarian nafkah sungguh luar biasa. Banyak pekerjaan dibatalkan sepihak, membuat pemasukan menjadi kacau. Mau tak mau mengandalkan tabungan yang ada, lama-lama menipis karena tidak kunjung diisi.
Sampai detik ini, kadang saya tidak menyangka. Bisa bertahan melewati masa sulit (pandemi), meski kondisi keuangan pernah sangat tertatih. Saat pandemi saya sempat sakit, bergantian dengan istri yang juga sempat sakit. Tabungan dikuras, saya tidak tahu musti berbuat apa.
Tetapi nyatanya, kini dua tahun masa pandemi dilalui. Alhamdulillah kami masih dikaruniai kesempatan hidup, bisa menghirup udara segar hari ini. Tetap bisa berkarya, demi menyambung tugas memakmurkan  semesta.
Sampai saya menemukan tulisan bagus di buku Max Havellar, yang sangat related dengan pengalaman saya lalui. "Hujan akan turun saat batang hendak layu, embun akan datang saat daun kehausan"
-----