Bahwa menikah (berumah tangga) adalah syariat ditetapkan agama, dipayungi oleh negara untuk formal legalitasnya. Hubungan suami istri telah syah, diikat secara agama maupun negara. Sependek saya pelajari dan yakini, namanya syariat pasti kan membawa manfaat bagi pelakunya.
Benar jobdesk setiap anggota keluarga, sudah ditentukan secara syariat. Maka jalani sebaik-baiknya, janganlah dipungkiri. Ayah sebagai penjemput rejeki, ibu penjaga harta dan pendidik dan anak kan meneruskan tongkat estafet itu. Masing masing tugas melengkapi, sehingga anggota keluarga terjaga peran dan fungsinya. Semua tugas dan kewajiban berjalan seiring, demi kebaikan di masa mendatang.
Ya, menjalani tugas dan fungsi di keluarga, ibaratkan perjalanan fitrah kehidupan. Pasti banyak liku dan tantangan, tapi tugas manusia adalah menjalaninya. Konsistensinya terus diuji, maka manusia wajib mengilmui diri. Terus belajar meng-upgrade diri, agar benteng di dalam diri semakin kokoh.
Belajar dari cuitan suami yang kecanduan judi slot, ada yang terbersit di pikiran saya. Bahwa yang paling bener, adalah nggak usah neko-neko. Menjadi suami yang bener, menjadi istri yang bener, menjadi anak yang bener, itu sudah lebih dari cukup.
Kalau neko-neko, ujungnya yang ribet, yang rugi, yang pahit adalah diri sendiri. Hidupnya berantakan, karena peran dan fungsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dan kalau tidak segera recovery, maka rugi dunia akhirat akan diterima.
Memang paling bener nggak usah neko-neko- Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H