Masing-masing peran memiliki tantangan sendiri-sendiri, tidak bisa disamaratakan. Tetapi justru ketidakmudahan, seharusnya memacu semangat belajar dan tak henti. Karena pada dasarnya manusia, makhluk papa tiada berpunya.
Dan harga diri lelaki niscaya kan terjaga, pada tegaknya peran sebagai kepala keluarga. Â Tetapi kalau lelaki mengabaikan peran itu, sangat mungkin jatuh marwahnya. Jiwa kepemimpinan (atau qowwamah) seketika runtuh, kalau dirinya menelantarkan istri dan anak-anak.
Memang Paling Bener Nggak Usah Neko- Neko
Kembali ke cuitan di time line twitter.
Mengisahkan suami kecanduan judi slot, hingga menjual harta benda keluarga dimiliki. Surat-surat penting digadai, demi memenuhi kebiasaan (si suami) berjudi. Bagai gelap mata, suami mencari segala cara mendapatkan uang untuk berjudi. Yaitu terjerat pinjaman online (pinjol), parahnya memakai nama istri sebagai penjamin.
Istri yang tidak tahu menahu, dibuat terkaget-kaget mendapati tagihan sampai padanya. Sebagai istri sudah tidak dinafkahi dengan semestinya, justru mendapat beban membayar utang. Tidak berhenti sampai di situ, surat-surat penting atas nama mertua (orangtua dari pihak istri) juga digadaikan.
Kejadian serupa tidak sekali dua kali, terjadi berulang-ulang dan terus. Rupanya kejatuhan sebelumnya tidak menjadi pelajaran, justru membuat semakin menjadi-jadi. Sikap kecanduan judi itulah, mengantarkan nasib pernikahan di ujung tanduk.
Masih dicuitan yang sama, tampak tangkapan layar surat gugatan cerai. Rupanya tabiat suami susah diselamatkan, satu per satu kepahitan tak bisa dihindari. Pilihan paling akhir adalah bercerai, setelah segala cara diupayakan tak menampakkan hasil.
-----