Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mengulik Bubuk Kopi Legendaris Racikan Yoe Hong Keng

30 Juli 2023   13:10 Diperbarui: 31 Juli 2023   07:11 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun bukan pecinta kopi garis keras--hehehe--, saya termasuk penikmat kopi dan penggemar vintage. Hal-hal di masa lalu yang masih dikenang, atau bahkan masih survive sampai sekarang. Bagi saya, (hal ini) pasti memiliki sesuatu yang unik. Sehingga membuatnya mengemuka, dan mendapat tempat di hati orang lain.

Entah alasan itu berasal dari ketekunannya, entah tentang kesungguhannya, entah tentang sikap konsistensinya, atau kalau kopi tentang aroma dan citarasa. Apalagi kalau dikenang hingga lintas masa, hal ini bisa dijamin spesial atau istimewa.

Dan soal aroma atau citarasa kopi, saya dapatkan di Kopi BahSipit Cap Kacamata, di salah satu sudut kota Bogor. Aromanya harum dan kuat, wanginya (benar-benar) menyeruak memenuhi ruangan. Saya sengaja mengikuti dari awal saat diracik, proses by proses begitu menarik perhatian.

Mula-mula 15 gram biji kopi digrinder, setelah lembut dipindahkan ke filter. Kemudian proses pouring (dikucur air panas 95 derajad), mula-mula air panas 30 gram. Setelah air kopi mengucur, kemudian ditambah lagi 50 gram, setelah berpindah ditambah 50 gram, terakhir ditambah air sampai 225 gram.

Saya duduk persis berhadapan dengan barista, bisa menghirup aroma bubuk kopi yang harum, wangi dan menggoda. Konon menyesap kopi, sebaiknya tanpa gula. Agar bisa menikmati kopi berkualitas, sekaligus merasakan manfaatnya.

-----

Vlomaya- KPK Gerebek- Kopi BahSipit- dok WAGroup
Vlomaya- KPK Gerebek- Kopi BahSipit- dok WAGroup

Akhir pekan di minggu terakhir bulan tujuh, bersama Komunitas Vlomaya dan Kompasianer Penggila Kuliner. Saya musti mengusir rasa malas, dari Tangsel berangkat pagi-pagi ke Bogor. Tujuan kami adalah Kopi Bah Sipit Cap Kacamata, di Jalan Empang no 27, Bogor- Jawa Barat. Lokasinya sekitar 20 menit dengan jalan kaki, untuk keberangkatan dari Stasiun Bogor.

Tapi kalau tidak ingin capek dan lekas sampai, tersedia pilihan naik angkot atau dengan ojek online. Patokannya sangat gampang, yaitu Mall BTM Paledang Bogor. Dari Mall ternama ini, tinggal sekitar 100 meter saja.

Melihat dari kejauhan Kedai Kopi Bah Sipit, saya seperti diajak mundur dengan mesin waktu. Bangunan dengan design masa lalu, warna cat, model kusen, etalase dan lemari kaca di era tahun 70- 80 an.

Backdrop dipajang mengantarkan pengunjung, mengetahui asal muasal Kopi Bah Sipit Cap Kacamata. Pandangan saya seketika tertuju, pada foto Yoe Hong Keng (1902- 1985). Lelaki bermata sipit berkacamata, yang menjadi founder kedai kopi legendaris ini.

Ya, Lelaki bermarga Yoe, mula-mula merintis toko kelontong di tahun 1925. Seiring berjalannya waktu, akhirnya focus pada satu bidang yaitu kopi. Dan siapa sangka, bubuk kopi racikan Yoe Hong Keng  diterima banyak orang. Tidak hanya warga kota Bogor, tapi warga luar kota bahkan sampai luar negeri.

Kini perjalanan Kopi Bah Sipit Cap Kacamata, dua tahun lagi genap seratus tahun alias satu abad. Beberapa pihak terkait, memvalidasi kedai ini sebagai kopi legendaris tertua di Bogor. Diantaranya salah satu instansi Kab Bogor, dan pernah diundang event di Museum Nasional Jakarta.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Estafet pengelolaan Kopi BahSipit, telah sampai generasi ke tiga. Adalah Ibu Nancy Wahyuni, sebagai cucu yang kini memegang kendali kedai. Berusaha tetap mempertahankan racikan warisan, dan tentunya juga berinovasi menyesuaikan perkembangan jaman.

Maka jangan kaget, bubuk kopi di Kopi Bah Sipit ada yang kemasan lama kertas warna coklat. Duh, saya terpukau banget dengan kemasan ini. Melihatnya, seperti melihat bubuk kopi jaman saya kecil. Tapi ada juga, bubuk kopi yang dikemas dalam bentuk scahet dan kemasan kekinian.

Kunci yang selalu dipegang teguh, yaitu pada keaslian bahan baku. Bubuk kopi berasal dari kopi tulen berkualitas, tanpa campuran apapun. Toko Kopi Bah Sipit, mengolah dan menjual kopi jenis robusta dan arabica. Didapatkan langsung dari petani lokal di Indonesia, tanpa perantara pihak manapun.

Seluruh biji kopi diproses, sesuai sistem yang diwariskan turun menurun sejak tahun 1925. Racikan Yoe Hong Keng, menemukan tingkat kematangan, pengolahan kopi bubuk dalam kemasan. Dan telah mendapatkan tempat khusus, di hati para penggemar kopi.

Agar ulasan ini lebih komplit, saya sertakan video instagram reels (dibawah artiket). Saat kegiatan Komunitas Vlomaya dan KPK, dilangsungkan di kedai Kopi BahSipit Cap Kacamata, di Empang Bogor Jawa Barat. - semoga bermanfaat.

 


 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun