Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jangan Terjebak Kalimat 'Usia Boleh Tua tapi Jiwa tetap Muda'

21 Juli 2023   18:45 Diperbarui: 21 Juli 2023   18:45 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasianer's, salam semangat. Semoga sehat selalu dan terus berkarya, terus bergerak selama nafas masih dikandung badan.

Minggu ini masuk tahun ajaran baru, menjadi hari sibuk buat anak dan orangtua. Lebih-lebih anak yang naik tingkat, sibuknya double di sekolah baru. Ya, sibuk persiapan peralatan, perlengkapan, dan adaptasi dengan sekolah baru. Sibuknya orangtua soal menyiapkan biaya, agar anak bisa meneruskan belajar.

Tahun ini ragil saya masuk SMP, sedang ada kegiatan pengenalan lingkungan sekolah. Ada beberapa perlengkapan disiapkan, yaitu papan nama digantung di dada. Sepatu musti hitam bertali, dengan kaos kaki warna putih. Dari ibunya saya dibisiki, bahwa ragil sudah masuk usia baligh.

Sementara kakaknya naik kelas 12, kelas terakhir sebelum masuk ke dunia kampus. Si kakak di ambang masa dewasa, awal tahun ini sudah punya KTP. Sebagai anak besar, kegiatannya macam-macam dan punya dunia sendiri.  

Saya dan istri bersepakat, berusaha semakin dekat dengan anak lanang. Agar dia merasa kami rangkul, dan kami dijadikan tempat ngobrol yang nyaman. Belakangan saya baru sadar, kalau anak lanang kini sudah punya jenggot.

Saya berusaha menyesuaikan diri, mengubah cara bersikap dan berkomunikasi. Bahwa anak-anak sudah bukan anak kecil, sehingga treatment-nya juga berbeda. Sungguh, saya musti terus belajar soal ini.

----------

Kepada yang mbarep, saya ngobrol layaknya dengan orang dewasa. Tidak lagi mengontrol ini dan itu, tetapi lebih memberi kepercayaan. Soal sholat selalu saya ingatkan, baik lisan ataupun melalui pesan di aplikasi percakapan.

Pun pada anak wedok, saya tidak bisa seenaknya memeluk mencium. Pasti sudah ada rasa risi, mengingat ada bagian tubuh yang berubah. Cara saya memanggil ataupun ngobrol, tak bisa seleluasa dulu.

Melihat anak-anak telah besar, saya merasakan betapa sebegitu lekasnya waktu. Perasaan serupa, mungkin dirasakan Kompasianer satu leting saya. Kita yang sebaya, dengan anak rentang SMP- SMA- Kuliah. Sangat mungkin merasakan, mengalami, membatin hal semisal.

Dan hari-hari ini, saya dan istri semakin disadarkan tentang pertambahan usia. Bahwa kami sudah paruh baya ( baca -- tua, hehehe), uban semakin banyak muncul di kepala. Saya sendiri termasuk kategori jelita, alias jelang limapuluh tahun. Maka selalu hembuskan doa, semoga terus sehat dan bisa terus berkarya.

Jangan Terjebak Kalimat "Usia Boleh Tua Tapi Jiwa Tetap Muda"

Kalimat "Usia boleh tua tapi jiwa tetap muda", saya dengar dari awal merantau. Kali pertama merantau, ketika selepas SMA yaitu usia 18 tahun-an. Ketika itu ikut di kelas bimbel, pengajarnya umur 30-an. Mereka yang kumpul dengan kami, merasa ikut muda bersama kami.

Kemudian ketika masuk dunia kerja, kalimat serupa terdengar lagi. Saya di usia 23-24 th-an, sekantor dengan bapak ibu muda. Mereka punya buah hati, rata-rata baru masuk SD, SMP dan sebagian SMA bahkan kuliah. Konon berkawan dengan (anak seumuran) saya, membuat jiwa muda mereka mengemuka.

dokpri
dokpri

Sekarang, saya di usia yang sudah tidak muda. Kadang terbetik membayangkan, yang ada di benak para senior saya kala itu. Orang-orang yang di usia seperti saya sekarang, ketika saya baru merantau, ketika saya merintis di dunia kerja.

Dan tak urung, saya mengikuti sebagian dari sikap mereka. Yaitu mengakrabi anak-anak muda, yang kalau dihitung usianya separuh saya. Barengan ngejob dan ngumpul, dengan anak-anak yang seumuran keponakan di Kampung.

Sungguh, saya tidak ingin membentang jarak pada mereka yang muda. Meski ada yang memanggil mas, om, bapak. Saya nyaman-nyaman saja, sama sekali tidak mempermasalahkan itu. Karena dunia saya geluti, adalah dunia yang juga digeluti anak-anak muda.

Saya sudah merasakan perputaran kehidupan,  jadi tidak ada cara lain untuk bertahan kecuali adaptasi. Bahwa dengan adaptasi, kita cenderung lentur dengan perubahan dan perkembangan jaman. Alhasil, jasa, tenaga, pikiran, masih ada yang membutuhkan.

Ya, bahwa untuk survive saya musti beradaptasi.

------

"Nggak apa-apa om, usia hanya angka yang penting jiwa tetap muda"

Pernah, kalimat ini disampaikan teman yang seumuran ponakan. Saya mengamini, bahwa jiawa muda musti dipupuk. Agar tetap semangat menjalani hidup, agar tak gentar bersaing dengan yang muda.

Tetapi ada yang tidak bisa dipungkiri, bahwa ternyata raga ada masanya. Di umur yang (nyaris) setengah abad, daya tahan tubuh sudah berubah.  Lari tak sekencang dulu, tubuh mulai tak tahan angin, tak bisa melekan, tak kuasa bergadang.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Ibarat motor keluaran tahun lama, pasti ada orderdil yang aus. Sebarapapun dirawat badan, tetaplah ada bagian yang menuntut lebih diperhatikan. Sehingga musti lebih selektif, baik soal asupan maupun gaya hidup.

Benar adanya, usia boleh tua tapi jiwa tetap muda. Namun di satu sisi, kita tidak bisa melawan soal raga yang tak seperkasa dulu. Sebagai lansia jangan memaksa, musti bisa mengukur fisik dan kekuatan diri. So, jangan terjebak dengan kalimat itu. Semoga bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun