Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Serunya Jelajah Click di Batutulis Bogor

12 Juni 2023   07:08 Diperbarui: 12 Juni 2023   09:57 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam sehat selalu Kompasianer, terus berkarya dan semangat.

Artikel ini, sambungan dari artikel sebelumnya ( di SINI). Yaitu kegiatan kolaborasi dua komunitas, yang dinaungani Kompasiana. Adalah KPK Gerebek dan Jelajah Click, kegiatan diadakan akhir pekan lalu di Bogor.

Kalau sebelumnya, saya mengulas gerebek KPK di Warung Laksa Pak Inin. Maka di artikel ini, membahas Jelajah Click di Batutulis Bogor. Lokasinya tidak terlalu jauh dari warung Laksa, ditempuh dengan angkot membayar lima ribu rupiah.

Tujuan pertama adalah Stasiun Batutulis, terletak di Lawanggintung Bogor Selatan.  Stasiun kereta api kelas III/ kecil, di ketinggian +299 meter. Stasiun ini pernah melayani kereta api Bumi Geulis (Bogor- Sukabumi), tetapi sempat dihentikan karena rangkaian kereta api sudah uzur.

Setelah sempat vacum, PT KAI kembali mengaktifkan dan mengoperasikan Kereta Api Lokal Pangrango (Bogor -- Sukabumi P-P). Saya dan istri pernah naik Pangrango, ketika kondangan ke Sukabumi. Benar-benar solutif dan efektif, kami bisa Pergi Pulang dalam sehari keperluan (alias tidak usah menginap). Lumayan menghemat, mendekatkan jarak Tangsel- Sukabumi.

Stasiun Batutulis memiliki dua jalur kereta api, pernah diusulkan untuk dirombak. Namun ditentang Wali Kota Bogor Bima Arya, mengingat status bangunan sebagai cagar budaya. Dan akhirnya bangunan lama dipertahankan, dengan dua jalur kereta api. Pemkot Bogor sedang berkoordinasi dengan Kemenhub, membuat perlintasan tak sebidang.

Berada di Stasiun bersejarah ini, saya merasakan vibes stasiun tempo doeloe. Layaknya Stasiun peninggalan Kolonial umumnya, memiliki jendela dengan kusen tinggi dan jeruji dipasang berjarak. Pun dinding tebal sangat khas, yang terbukti awet meski sudah lintas jaman.

Mengingatkan saya pada miniseri Siti Nurbaya, yang pernah ditayangkan TVRI pada awal 90-an. Beberapa scene di miniseri tersebut, menggunakan setting stasiun sebagai lokasi. Fasilitasnya terbilang sederhana, tanpa pintu tap in tap out. Dan di Stasiun Batutulis kami bisa keluar masuk, tetapi tetap ada petugas jaga.

Berbeda dengan Stasiun Commuter Line Jabodetabek, sebagian besar modern dengan fasilitas digital. Tidak bisa masuk keluar sesuka hati, melalui pintu elektronik. Atau kalaupun ada bagian bangunan yang vintage, dijadikan pelengkap menjadi wisata sejarah.

dok Group koordinasi
dok Group koordinasi

Sekitar tigapuluh menit di Stasiun, kami bergeser ke Prasati Batutulis. Melewati jalanan menanjak, berjarak sekitar 900 meter-an saja. Kemudian tampak plank bertulis Jalan Batutulis, dan saya langsung menemukan lokasi Prasasti dituju.

Prasasti berangka tahun 1455 saka (atau 1533 masehi), merupakan peninggalan kerajaan Sunda. Saya melihat huruf kuno bahasa sansekerta, berupa maklumat resmi dari raja atau pejabat tinggi. Prasasti ini ditemukan kali pertama oleh ekspedisi pasukan VOC, pada 25 juni 1690 dipimpin Kapten Adolf Winkler.

Masuk di situs prasasti ini, Kompasianer bisa menemukan lempengan batu pipih dibentuk meruncing (seperti gunungan). Tulisan dengan huruf sansekerta, terdiri dari tiga bagian,  manggala, sambada, dan titimangsa.

Ruangan situs tidak terlalu besar, jadi masuknya musti bergantian pengunjung lain. Dan lokasi cagar budaya ini, berseberangan persis dengan Istana Batutulis Bogor. Tempat peristirahatan milik Presiden Sukarno, meninggalkan misteri dan catatan sejarah pribadi Presiden pertama RI.

Tahun 1960 Presiden Sukarna membeli tanah di sekitar tempat peristirahatan, dan meminta arsitek merancang sebuah bangunan untuk rumah tinggal. Sejumlah elemen gaya bangunan istana ini, mirip dengan Istana Tampaksiring di Bali.

Sayangnya, kami tidak bisa masuk ke dalam Istana Batu Tulis. Karena musti reservasi online sebelum kedatangan, alias tidak bisa datang dan masuk. Tapi ada kejadian seru, ksmi melipir memutari istana melewati jalan setapak. Bener-bener jelajah banget.

Keseruan jelajah Click, saya ringkas di video berikut ini, monggo. Selamat menyaksikan, semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun