Ketika angka (terkena virus) efek pandemi dinyatakan mereda, disusul pencabutan pemberlakuan PPKM di banyak tempat. Kemudian kunjungan ke tempat wisata mulai diperbolehkan, sehingga berdampak baik pada sektor lain dan seterusnya.
Cukuplah menjadi sebab senyum merekah, bagi semua pihak terkait dengan sektor pariwisata. Dan belajar dari situasi pandemi yang memilukan, seharusnya menjadi pemantik untuk bersikap lebih baik.
Sebagai traveller kita menjadi lebih bertanggung jawab, dan aware pada isu keberlanjutan. Kita bisa melakukan dari skala kecil, dalam lingkup individu. Misalnya membuang sampah pada tempatnya, tidak corat-coret di lokasi wisata. Kemudian mengajak pada orang terdekat, bersikap seperti yang telah kita lakukan.
Di satu sisi, pandemi mengajari kita melek digital. Kita 'dipaksa' akrab dengan kegiatan online, mengerjakan banyak hal dari rumah. Saya sering mengikuti event blogger melalui zoom, teman-teman yang ngantor terbiasa dengan Work From Home (WFH).
Dan sebagai traveller di era digital, kita bisa menerapkan untuk sikap peduli plus. Sikap plus bisa kita lakukan, sebagai bentuk kepedulian, serta ikut serta dalam upaya sustainable/ keberlanjutan di sektor pariwisata.
Menjadi Traveler di Era Digital yang Bertanggung Jawab dan Peduli Keberlanjutan Plus
Soal kepedulian pada lingkungan, sangat bisa kita mulai dari lingkungan terdekat. Kalau sikap baik menjadi kebiasaan keseharian, niscaya mengerjakannya bukan sebagai beban. Tetapi sudah reflek, sekaligus menjadi teladan orang lain (terutama generasi di bawah kita).
Bayangkan indahnya, ketika (sikap baik) yang dilakukan dilihat oleh anak-anak kita. Kemudian anak-anak mencontoh hal positif tersebut, sehingga sikap baik terlanggengkan. Pada point sikap baik yang dicontoh anak-anak saja, kita sudah menyentuh soal isu sustainable (keberlanjutan).
Soal kebiasaan membuang sampah pada tempatnya, soal tidak corat-coret di tempat sembarangan, soal disiplin dan komitmen pada pekerjaan, soal perilaku positif lainnya. Mungkin terkesan sederhana, dan siapaun bisa melakukan. Karena sustainable dalam skala individu, bisa dimulai dari hal-hal sederhana di keseharian.
Kalau hal baik menjadi basic sikap seseorang, bukan tidak mungkin akan dibawa pada hal-hal yang lebih besar. Seperti profesional dalam bekerja, memagang amanah pekerjaan dengan sebaik-baiknya, tekun mengerjakan satu hal sampai tercapai tujuan, dan seterusnya dan seterusnya.
----