Kalau keuangan sedang berhemat, kenapa tidak bergabung ke kegiatan berbuka di masjid-masjid yang mengadakan. Di Masjid- masjid besar, biasanya menu berbuka lumayan komplit kadang ada tambahan buah. Ramadan ini, saya menghadiri beberapa undangan bukber dari perusahaan.
Soal kebutuhan baju lebaran, saya sudah menulis di beberapa tulisan di Kompasiana. Kita bisa membeli jauh hari, ketika sedang ada discount dan atau program cuci gudang. Baju adalah barang yang sangat awet, membeli beberapa bulan sebelum puasa dan disimpan. Sedangkan kita yang orangtua, sudahlah memakai baju yang ada.Â
Toh, biasanya baju-baju orangtua modelnya tidak macam-macam. Yang penting pakaian bersih, pantas dipakai dan rapi, menyesuaikan acara yang dihadiri. Kita orangtua (maksudnya saya--hehehe) sudah tidak butuh validasi, soal merek baju ataupun (apalagi) harganya. Â Â
Kemudian soal oleh-oleh buat lebaran di kampung, saya sudah memraktekkan sendiri. Yaitu belanja dengan voucher belanja, yang saya dapat dari aneka kegiatan blogger. Ada job membuat video, fee-nya diwujudkan dalam voucher belanja. Ada kuis di medsos, hadiahnya adalah voucher belanja. Satu persatu voucher saya kumpulkan, lumayan banget bisa untuk belanja membeli oleh-oleh.
Belanja seperlunya saja, tak usah berlebihan, bukan demikian yang mencerminkan esensi Ramadan. Mari belajar menyingkirkan, keinginan biar dipandang orang yang demikian dan demikian. Karena keinginan demikian, akan mempersulit diri. Mari jadikan kemampuan diri, sebagai standar cara dan gaya hidup yang ditempuh.Â
Agar hidup menjadi lebih tenang, dan kita tidak dipimpin hawa nafsu. Apalagi bulan Ramadan, seharusnya menjadi puncak memerangi hawa nafsu. Idealnya Ramadan seharusnya menjadi bulan sehat financial. Semoga bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI