Menu Ramadan ala Timur Tengah

Dulu di Surabaya, saya punya teman baik. Laki-laki seumuran, punya darah campuran Madura dengan Timur tengah.  Ketika itu kami sama-sama berkecimpung di dunia broadcast (Radio), sehingga memiliki interest yang tidak jauh berbeda.

Di hari besar dirayakan keluarga teman ini, kami -- satu geng--- diundang berkunjung ke rumahnya -- daerah Sukolilo kalau tidak salah ingat. Disuguhi makanan khas timur tengah, adalah nasi kebuli.

Saya yang orang jawa totog, sempat dibuat kaget diajak makan nasi kebuli. Maklum itu baru pertama kali, dan tidak terbiasa mengasup makanan yang sedang tersaji. Aroma rempah-rempah begitu kuat, langsung menusuk indera penciuman.

Butiran nasi briyani memang lain, panjang panjang dan berisi. Warnanya kuning gelap, bertaburan daging di atasnya. Tampak toping biji kacang mede, irisan bawang goreng, emping melinjo, acar yang terdiri dari potongan timun dan wortel berbentuk kotak dadu.

Setelah menikmati nasi kebuli, saya tidak anti tetapi juga tidak nagih. Lidah jawa saya, rupayanya tetap condong pada nasi pecel madiun dan kawan-kawannya. Meski demikian, saya juga tetap bisa menikmati menu nasi kebuli.

Dan di kemudian hari setelah merantau ke Jakarta, saya baru tahu bahwa nasi kebuli ternyata ada padanannya. Adalah nasi kabsyah, kemudian ada lagi nasi samin atau disebut juga nasi gonjleng. Ketiganya memang mirip-mirip, konon menjadi hidangan istimewa untuk menjamu tamu kehormatan.

Kini nasi --jenis---kebuli, bisa dibuat dan dinikmati siapa saja. Banyak warung online dan atau offline, yang menjual kebuli dengan harga sangat terjangkau. Saya bersyukur, hidup dan besar di Indonesia.

------

Tanpa terasa, minggu depan kita sudah memasuki bulan Ramadan. Bulan suci yang dinanti, kesempatan memaksimalkan ibadah. Suasana Ramadan sudah mulai terasa, bahkan dari pertengahan bulan Syaban. Ada malam nisfu syaban --pertengahan bulan--, di masjid-masjid digelar pembacaan yasin bersama-sama.

Beberapa teman pelaku UMKM -- khususnya makanan--, tampaknya bersiap-siap menambah menu. Kebiasaan di bulan Ramadan sebelumnya, permintaan meningkat baik kuantitas maupun varian. Ada kenalan pengusaha dodol, menambah varian rasa kacang di Ramadan ini.

Pun, teman yang memiliki gerai makanan siap saji. Pengelola gerai mie di daerah Jatinegara, menyediakan menu khusus di bulan puasa. Adalah minuman khas berbuka, yaitu cendol, kelapa Jeli, avocado frappe, red velved frappe. Di kategori makanan, ada nasi goreng kebuli serta nasi goreng crazy angel + otak-otak.

Menu Ramadan ala Timur Tengah

dokpri

Nasi Kebuli berasal dari kawasan Timur Tengah, dikenal dengan sebutan nasi makbous atau majbous. Menilik bumbunya, dibutuhkan (sekitar) 8 -- 10 bumbu. Kebuli dibuat dari beras briyani, dicampur daging kambing/ sapi/ ayam, sayuran dan campuran rempah-rempah.

Pemilihan daging di nasi kebuli, biasanya memanfaatkan moment dan atau ketersediaan. Kalau Idul Adha, b8isa menggunakan sapi/ kambing/ domba. Atau kalau adanya daging ayam atau sea food, juga tidak masalah.

Soal toping kebuli sangat bisa dikreasikan, tapi kalau mau sesuai pakem, sebaiknya ada kacang mede atau kacang almond, atau bisa juga diganti kacang pinus, kacang tanah. Dan biar makin sedap, ditaburi bawang goreng ditambah kerupuk (emping).

Nasi Kebuli inovasi masa kini, sangat bisa dicomliment lauk pauk sesuai selera. Misalnya telur balado, daging kambing bakar, kambing gulung, sate kambing. Bebas deh, asal ccok di lidah tak masalah.  Beruntungnya kita umat muslim di Indonesia, tak perlu bersusah-susah untuk menikmati nasi kebuli.

Kompasianer, selamat menjelang bulan suci Ramadan.