Acara kumpul-keluarga yang seharusnya menyenangkan, berubah menjadi acara yang menyiksa batin. Ucapan, sapa, senyum, tawa, canda dari lawan bicara, membuat was-was karena  berpotensi menjatuhkan harga diri. Sangat menyebalkan, sehingga saya kerap absen demi tak bertemu saudara satu ini.
------
Hari itu, saya ada acara di kawasan kota tua. Rute menuju Semanggi, dengan bus Transjakarta butuh nyaris dua jam waktu tempuh di jam pulang kantor. Â Bus lebih banyak berhenti dan stuck, harus berbagi bahu jalan dengan kendaraan lain. Saya mengisi waktu dengan menyusuri timeline medsos, dan terhenti pada dua tautan berbeda dengan intinya senada.
Postingan pertama, persuaan seorang perempuan (mutualan di FB) dengan pasangan hidup yang tidak dinyana-nyana. Calon suami adalah teman lama, dulu pernah ditaksir namun dipendam. Keduanya bertemu, saat pulang kampung di hari lebaran.
Selang beberapa waktu, setelah kembali ke tanah rantau masing-masing. Si laki-laki berinisiatif mengirim pesan, berisi pertanyaan "apa sudah punya teman dekat" dilanjutkan ajakan menikah.
Postingan kedua, nenek 70 tahun yang masih lajang. Nenek seusia ibu saya, dan ibu saya punya belasan cucu dan dua cicit. Tapi namanya jodoh, kalau ditakdirkan datang di usia senja, ya siapa bisa menolaknya.
So, kalau ada teman atau kenalan belum bertemu jodoh. Sangat bisa belajar pada pengalaman orang sekitar, satu diantaranya dialami nenek 70 tahun ini. Memang yakin tidak mau menikah ?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI