Sehingga sedekah orang beriman, memiliki bobot atau nilai keutamaan. Sehingga sedekah orang beriman, memiliki semangat dan esensi keilahian.
Mengilmui Sedekah guna Meraih Keutamaannya
Jika kamu menampakkan sedekah (mu), maka itu baik dan jika kamu menyembunyikannya dan memberianya kepada orang-orang fakir itu lebih baik bagimu dan Allah akan mengahapus sebagian kesalahan-kesalahanmu. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.
Al Baqarah 271.
Suatu hari Rasulullah pernah ditanya seorang Sahabat, ya Rasulullah bagaimana dengan seseorang yang melakukan sebuah amal kebaikan (sedekah), kemudian dipuji oleh masyarakatnya. Rasulullah menyampaikan, itu adalah kabar gembira bagi orang yang beriman yang dipercepat oleh Allah SWT.
Artinya sebenarnya dia berhak mendapat pahala di akhirat, tetapi di dunia oleh Alloh sudah diberikan kabar gembira dengan dipuji masyarakat.
Era medsos saat ini, membuka peluang memublikasikan sedekah kita. Dengan banyak alasan dibaliknya, misalnya dana bersedekah dari donatur dan medsos sebagai cara melaporkan. Di satu sisi hal ini menjadi tantangan, untuk pelakunya menjaga hati agar hanya rasa ikhlas yang menggerakan (bukan pujian).
Kanjeng Nabi SAW bersabda, sedekah yang paling utama adalah sedekah yang dirahasiakan. Kita orang yang beriman, selain sedekah yang (terpaksa) dipublikasikan, musti memiliki amalan disembunyikan. Agar hanya diri sendiri dan Allah SWT yang mengetahui. Soal sedekah yang dirahasiakan, pernah dilakukan seorang ulama bernama Ali Zainal Abidin dan satu lagi sahabat yang ahli ilmu bernama Abdullah bin Mubarok.
Ali Zainal Abidin memiliki sifat kedermawanan luar biasa, beliau bersedekah gandum bertahun-tahun. Konon di depan seratus rumah orang miskin di Madinah, ketika membuka pintu di pagi hari mendapati karung gandum. Apabila waktunya gandum sudah habis, di pagi berikutnya datang lagi karung gandum yang baru.
Kebiasaan yang tidak diketahui seorangpun. Ali memikul sendiri dan meletakan karung tersebut, ketika malam saat tuan rumah terlelap. Hingga terkuak pada bulan Muharam 95 H, Ali zainal Abidin wafat.
Masyarakat mendapati hal baru, sejak saat itu tidak ada kiriman gandum untuk masyarakat miskin Madinah. Dan satu bukti lagi, dari orang yang memandikan jenazah manusia dermawan ini. Bahwa di bagian pundak, ada bekas layaknya orang suka memikul (karung gandum). Padahal ulama besar ini, pekerjaannya bukan pengangkut barang.
Kisah tak kalah melegenda, dari Abdullah bin Mubarok, yang seluruh hidupnya digunakan untuk berjihad dan menuntut ilmu. Setiap kali Ali bin Mubarok hadir di Syam, selalu ada anak muda menemui untuk mendengarkan ilmu. Anak muda ini, selalu membantu Ali bin Mubarok selama di Syam.
Sampai suatu ketika di Syam, Abdullah tidak menjumpai pemuda yang biasanya. Karena dilanda penasaran maka dicari tahu, ternyata pemuda tersebut ditahan karena belum membayar utang sebsar seribu dirham. Maka ditemui si pemberi utang dan dilunasi, sembari dipesan (ke pemilik uang) tidak menceritakan ke siapapun tindakan ini (membayar utang), sepajang Abdullah bin Mubarok masih hidup.