"Semua perlu perjuangan, pengorbanan dan doa," ujarnya
Pernah ikut pelatihan Kementrian koperasi dan  UMKM,  diajarkan soal kemasan, wirasusaha. Dari sini terbuka pintu, berpartisipasi di banyak pameran. Begitu usaha minuman herbal dikenal dan pesanan meningkat, akhirnya dipilih Jahe merah asli Badui sebagai bahan dasar.Â
Jahe merah asli Badui selain bagus, sekalian diniatkan untuk membina petani Badui. Dan tidak hanya jahe , kini rempah- rempah juga dibeli dari petani Badui.
Menyoal nama brand, di tahun 2007 memakai merek caangkir yang ternyata sudah banyak penggunanya. Akhirnya dipakai singakatan anak-anak (LAER), tetapi diprotes teman teman UMKM Pandeglang karena artinya jorok. Tapi dibantah, bahwa maksud brand tersebut adalah berpikir jauh ke depan.
Kalau di masa pandemi banyak karyawan dirumahkan, kini anak mantu ibu Titin justru sebaliknya, Mereka yang sebelumnya bekerja dan punya jabatan, memilih resign dan focus membantu mengembangkan usaha ibunya.
Bu Titin sangat bersyukur dengan pencapaiannya, tetapi hal ini tidak ingin dirasakan sendiri. Beliau sebagai pembina UMKM di Cilegon, tak enggan memberi pelatihan untuk anak muda dan mahasiswa. Menanamkan tekad generasi millenial, untuk tidak mencari kerja tetapi justru menciptakan lapangan kerja.
Kalau ada pepatah "hasil tak mengkhianati usaha", segala jerih payah bu Titin telah membuahkan hasil. Di Tahun 2017 meraih penghargaan Sidakarya, menyusul penghargaan Paramakarya (tingkat nasional) di tahun 2019.Â
Selamat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H