Hasil rontgen  keesokan harinya, tampak di layar monitor di sekitar liver diselimuti (semacam) kabut tipis.Â
Menurut dokter konon ada indikasi pelemakan di organ vital, dan cara menghilangkan adalah mengubah gaya hidup.
Yang memenuhi pikiran saya seketika itu, adalah wajah istri dan anak-anak. Kalau si kepala keluarga ini sakit, mereka pasti kebingungan dan kesusahan. Mereka akan repot merawat, sementara itu kegiatan pencarian nafkah akan terkendala.
Mengingat istri dan anak-anak di rumah, semangat dan tekad ini mendadak mengganda. Saya harus sehat, seberat apapun jalan yang harus ditempuh. Saya harus sehat, agar bersama istri bisa menemani anak-anak tumbuh dewasa dan mandiri.
"Saya harus sehat !" tekad ini membulat.
Susahnya Memulai Diet di Atas Usia 40 TahunÂ
"Hasutan" teman seumuran, nyaris menggagalkan niat mengambil jalan diet yang berat. Kebanyakan mereka yang membujuk, menyatakan dirinya baik-baik saja (dengan tubuh besarnya). Soal metabolisme tubuh selalu disinggung, soal muka pucat tak enak dipandang, tersiksa menahan keinginan makan dan sebagainya didengungkan.
Saya yang galau berusaha netral, bahwa pendapat teman-teman tidak bisa disalahkan. Mereka berhak hidup dengan caranya, dan mereka bebas mempengaruhi orang lain. Kalaupun mereka sakit, mereka yang menanggung sendiri.Â
Kuncinya ada di diri sendiri, akankah termakan ajak tersebut atau memilih  mengabaikan. Dan saya memiliki hak menjawab tidak, tak gentar dan membiarkan hasutan tersebut berlalu.Â
Kalau tergoda kemudian (suatu hari) merasakan sakit lagi, yang susah diri sendiri. Kalau tidak jadi diet, pelemakan hati makin menjadi yang merasakan sakit diri sendiri.
Teman pembujuk lepas tangan, mereka tak punya urusan. Lagi-lagi, istri dan anak-anak yang paling saya pikirkan.