Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Menimbang Manfaat dan Mudharat Bertanya "Kapan Menikah?"

30 November 2021   06:43 Diperbarui: 30 November 2021   15:22 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah jatuh bangun melewati masa bully, diujung kesabaran --alhamdulillah---dipertemukan belahan jiwa. Setidaknya saya memiliki rasa empati, tidak tertarik bersikap usil apalagi julid kepada jomlo. Saya dulu juga merasakan senelangsa itu, hati teman-teman yang belum dipersuakan belahan jiwa. 

Bertanya "Kapan menikah" justru menambah beban pikiran, dan merusak pertemanan. Maka saya memilih, berbincang topik lain yang membuat jomlo nyaman.

Menimbang Manfaat dan Mudharat Bertanya "Kapan Menikah ?"

dokpri
dokpri

Manusia hidup dibekali ego, dan egolah yang membuat dunia menjadi riuh penuh dinamika. Ego yang tidak dikelola dengan baik, niscaya bisa merusak diri sendiri dan sekeliling. Banyak kisah terhampar di setiap jaman, bisa menjadi ibroh (pelajaran) bagi kaum berpikir.

Kisah anak-anak Adam, berasal dari percikan ego Qabil yang maunya menikahi Iqlima calon istri Habil (seharusnya yang dinikahi Labuda). Kisah Yusuf kecil yang dibuang ke sumur, akibat ego sepuluh kakak tak terima adiknya kelak menjadi manusia mulia.

Ego terus bercokol di hati keturunan Adam, dari jaman ke jaman melintasi masa hingga hari ini. Keinginan unggul mengungguli, berkuasa dan menguasai, menunjukkan diri lebih baik, merasa diri lebih pintar, merasa lebih ini dan itu dan sebagainya. Itulah wajah ego, yang bisa diibaratkan api yang siap membakar daun kering.

Sikap egois adalah salah satu pemicu keingintahuan/ kepo, kemudian mengorek-ngorek  kekurangan orang lain. Ketika mendapati orang lain melebihinya di satu hal, nafsu membuncah dipenuhi rasa tidak terima dan tidak suka. 

Kemudian mengungkit (misalnya) belum adanya pasangan, guna menjatuhkan mental sang rival. Pertanyaan "Kapan Menikah? " terus didengungkan, tak peduli perasaan yang ditanya. 

Kita hidup tidak hari ini saja, niscaya akan membutuhkan bantuan orang lain. Semua kemungkinan bisa terjadi di masa mendatang, dan kita tidak tahu akan dibantu oleh siapa. Sangat mungkin, yang mengulurkan bantuan orang yang pernah disakiti. 

Maka penting menimbang bertanya "kapan menikah", kalau lebih berat mudharat sebaiknya hindari. - Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun