Khusus dari film saya merasakan energi kepahlawanan, bisa diwariskan sekaligus diteladani generasi hingga lintas jaman.
Kontribusi Sang Sutradara tidak bisa diabaikan, segenap hati memvisualkan kisah masa lampau dengan begitu epic dan apiknya.
Semangat meneruskan jejak perjuangan itu tersampaikan, hingga adegan terakhir di film.
Tjoet Nja' dalam kondisi mata buta dan sakit kepayahan, diangkut dengan tandu oleh pasukan penjajah yang berjanji merawat dan mengobati (janji ini akhirnya diingkari)
Seperti menyambung di film, di novelnya saya mendapati kisah tak kalah memilukan.
Perempuan bertekad baja ini diasingkan ke Sumedang Jawa Barat, hingga meninggal jasadnya dimakamkan tidak di tanah yang diperjuangkan---nyesek rasanya dada ini.
Hati semakin tersayat, melihat sebegitu tragis akhir hidup bangsawan Aceh ini.
Selain haru biru, saya merasakan semangat cinta tanah air yang bertumbuh.
Sosok Tjoet Nja' adalah teladan, dia mengorbankan harta benda dan jiwa raga untuk tanah rencong.
Saya meyakini, banyak penonton terinspirasi setelah menonton film ini. Jiwa kepahlawanan ini, bisa  bisa diterapkan di aneka bidang digeluti.Â
Ya, melalui film dan buku, setiap kita bisa menggali banyak hikmah.